Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bagaimana Sepak Bola Pragmatis ala Bima Sakti di Piala Dunia U-17?

11 November 2023   06:02 Diperbarui: 11 November 2023   14:29 1731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Indonesia U17 bermain imang 1-1 dengan Ekuador U17 di laga perdana grup A Piala Dunia U17 2023 (Foto Kompas.com/Suci Rahayu). 

Sepak bola pragmatis baru saja kita nikmati di laga perdana Timnas Indonesia U17 menghadapi Ekuador U17 di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Jumat (10/11/23) kick off mulai pukul 19.00 WIB. 

Kita patut berbangga dengan memberikan apresiasi tinggi kepada skuad para belia yang dikenal dengan julukan Garuda Asia itu karena berhasil menahan imbang 1-1 salah satu tim kuat di grup A, Ekuador, runner up Piala Conmebol U17 2023. 

Keberhasilan tersebut berkat kekompakan skuad para remaja usia di bawah 17 tahun itu menerapkan sepak bola pragmatis yang diracik coach Bima Sakti. 

Terutama penghargaan tinggi diberikan kepada kiper tangguh Ikram Al Giffari yang bermain bagus mempertahankan gawang Garuda Asia. 

Begitu pula kepada Iqbal Gwijangge, Sultan Zaky, Weber Jardim yang tak kenal lelah bermain 90 menit lebih mengawal gawang Garuda Asia.

Ikram beberapa kali kiper muda ini berhasil menggagalkan beberapa peluang emas Ekuador terutama pada babak kedua menit-menit akhir di injury time. 

Tembakan dan sundulan kepala para penyerang Ekuador seperti Allen Obando, Michael Bermudez dan Santiago Sanchez gagal menjadi gol. 

Mereka benar-benar mati kutu, semua upaya mereka gagal akibat gemilangnya kiper Ikram Al Giffari. 

Mungkin Ikram Al Giffari layak kita nobatkan sebagai Man of The Match pada laga malam itu. 

Hal itu wajar karena kecemerlangannya dalam menjaga gawang Garuda Asia dari kebobolan serangan gencar penyerang Ekuador. 

Pada babak pertama Indonesia sempat unggul terlebih dulu berkat gol Arkhan Kaka ketika laga berlangsung 22 menit. 

Berawal dari pergerakan cepat Riski Afrisal di sayap kiri berhasil masuk ke area penalti setelah menerima umpan panjang dari Weber Jardim. 

Afrisal memberikan umpan tarik terukur, bola sempat diblok kiper Ekuador, Cristhian Loor sebelum disambut dengan dorongan kaki Arkhan Kaka ke gawang yang kosong. 

Sebuah gol bersejarah bagi Timnas Indonesia di ajang Piala Dunia U17 karena ini adalah gol pertama bagi Garuda Asia di ajang Dunia ini. 

Garuda Asia hanya unggul 1-0 dalam waktu 6 menit saja ketika akhirnya Ekuador berhasil menyamakan kedudukan melalui sundulan kepala pemain jangkung mereka, Allen Obando. 

Berawal dari pergerakkan sayap lincah Ekuador, Santiago Sanchez dari sayap kanan mereka. Winger Ekuador ini beberapa kali mengancam sisi kiri pertahanan Indonesia.

Andre Pagestu berhasil dia lewati, kemudian Sanchez memberikan umpan lambung ke depan gawang disambut dengan tandukan kepala Obando. 

Skema serangan itu sebenarnya biasa saja, tapi salah satu kelemahan klasik skuad Garuda Asia selama ini tidak mampu mengantisipasi bola-bola silang dari sisi sayap. 

Sebenarnya pada menit ke-44 Ekuador berhasil mencetak gol kedua melalui tembakan Jair Collahuazo. 

Namun wasit menganulir gol tersebut karena sebelumnya dia dianggap off side sehingga skor 1-1 tetap bertahan hingga babak pertama usai. 

Bima Sakti sendiri menerapkan pola dengan formasi 4-3-3 menyerang, tapi mereka lebih banyak tertekan. 

Hal tersebut karena lini tengah dikuasai oleh para gelandang Ekuador yang menerapkan formasi 4-2-3-1 saat menyerang dan 4-5-1 saat bertahan. 

Sebenarnya Bima tidak perlu memaksakan dengan formasi 4-3-3 jika permainan akhirnya tetap dengan sistem bertahan dan hanya melakukan serangan balik dengan bola lambung. 

Sepak bola pragmatis seperti ini terlalu riskan diterapkan pada saat menghadapi tim-tim dengan kekuatan penyerang yang punya kualitas. 

Kuartet bek kita pasti keteteran menjaga mereka. Jika hanya ingin bertahan Bima sebaiknya menggunakan formasi 4-5-1 atau 4-2-3-1 yang fleksibel. 

Jika formasi menggunakan 4-3-3, maka lini tengah akan kerepotan melakukan transisi negatif ke posisi positif dalam serangan balik. 

Atau sebaliknya mereka akan terlambat kembali pada posisinya ketika menerima serangan balik lawan. 

Masih ada laga kedua menghadapi Panama dan Maroko. Timnas Garuda Asia harus bisa meraih minimal 3 poin dari dua laga tersebut untuk lolos ke babak 16 besar. Selamat berjuang. Bravo Merah Putih. 

Salam bola @hensa17.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun