Pertamina segera meluncurkan produk baru BBM yang mereka namakan Pertamax Green 95 yaitu hasil campuran 95 persen Pertamax RON 92 dengan 5 persen Bioetanol Anhydrous.Â
Terobosan Pertamina ini patut kita apresiasi karena jenis BBM ini jauh lebih ramah terhadap lingkungan. BBM jenis baru ini penggunaannya di Indonesia adalah baru pertama kalinya.Â
Pertamax Green 95 ini mungkin lebih tepat disebut sebagai Pertamax E5 yang merupakan Pertamax RON 92 dengan campuran 5 persen Etanol (E5).Â
Sebutan Pertamax Green 95 menimbulkan kesan BBM ini kategori jenis BBM dengan RON 95 padahal itu adalah campuran dari RON 92.Â
Bahkan Direktur Pertamina sendiri sudah menjelaskan tentang kemungkinan harga BBM baru ini akan dikenakan tarif  yang setara dengan BBM RON 95.Â
BACA JUGA : Bietanol dari Tetes TebuÂ
Tentu saja masyarakat memerlukan penjelasan yang terang benderang. Sebenarnya Pertamax Green 95 tersebut apakah benar mengandung spesifikasi dengan level RON 95. Padahal BBM yang dicampur dengan 5 persen etanol tersebut berasal dari RON 92.Â
BBM jenis baru, Bioetanol hasil campuran Pertamax RON 92 dengan etanol 5 persen yang berasal dari bahan nabati molases tebu rencananya bakal meluncur bulan Juli 2023.Â
Indonesia baru meluncurkan BBM dengan campuran 5 persen Etanol (E5), sementara pada April ini di Amerika Serikat mulai menggunakan BBM denga campuran 15 persen Etanaol (E15).Â
Bagaimanapun kita sudah memulai terobosan baru untuk mengurangi ketergantungan pada enersi fosil yang berangsur beralih menuju enersi terbarukan.Â
Namun pada sisi lain menurut Bell Performace.com (9/5/2023), mari kita simak informasinya dalam ulasan di bawah ini.Â
Menurut situs tersebut, salah satu dampak buruk penggunaan Bioetanol adalah berkurangnya jarak tempuh kendaraan dan pengaruh kandungan air.Â
Hal ini disebabkan oleh molekul etanol yang mengandung nilai energi lebih sedikit daripada bensin murni. Nilai energi dalam bahan bakar minyak bumi adalah fungsi dari jumlah ikatan karbon dalam molekul.Â
Seperti kutipan dari situs tersebut bahwa molekul bensin jauh lebih panjang dengan lebih banyak ikatan karbon daripada molekul etanol, sehingga memiliki lebih sedikit potensi energi dalam bahan bakar campuran itu.Â