Sebelumnya Bayu sempat berpesan kepada Arum agar bersiap-siap menahan rasa sakit yang hebat.
Juga berpesan kepada Jaka untuk siap memberikan pertolongan seperlunya jika terjadi hal-hal di luar perkiraan.
Bayu masih duduk khusyu, membaca penuh hidmat ayat-ayat Al Quran yang pernah di ajarkan Kiai Furqon.
Sementara di samping Bayu, Ki Damar juga ikut berdzikir dengan khusyu.
Suasan ruangan itu sangat hening. Sungguh benar-benar mencekam. Andai saja ada sebutir jarum jatuh maka dentingannya terdengar seperti sebuah ledakan.
Sudah setengah jam berlalu. Kini mulai masuk waktu satu jam.
Tetiba Arum berteriak dengan mata membelalak. Jaka, suaminya masih memegang erat bahu istrinya ketika mulai meronta.
Bayu sendiri masih terus khusyu fokus berperang dengan mata batinnya memandang tajam Iblis bermata satu itu.
Terlihat titik-titik peluh pada dahi Bayu menandakan pertarungan mereka sangat sengit.
Sedangkan Arum kini menjerit lebih keras lagi. Diapun meronta lebih kuat. Jaka mencoba menjaga dengan memegang agar tubuh istrinya tidak jatuh dari dipan.
Dengan mata batinnya, Bayu melihat jelas sosok Iblis itu menyeringai. Terlihat lidahnya bercabang dan penuh dengan belatung dan bau busuk.