Lebaran walaupun sudah usai 5 hari yang lalu, tetapi suasana di sekitar kita masih terasa seperti hari Lebaran. Walaupun beberapa pegawai dan karyawan sudah mulai masuk kerja tapi anak-anak sekolah masih libur.Â
Mungkin hal itulah yang membuat suasana masih sepi di sekitar kita, pusat-pusat perbelanjaan dan geliat aktivitas di jalan masih terasa lengang.Â
Masih banyak juga para pegawai setelah cuti bersama yang melanjutkan cuti mereka hingga akhir pekan nanti yaitu sampai dengan H+7 setelah Lebaran.Â
Mereka yang bekerja di Ibu Kota baru melakukan perjalanan kembali ke Jakarta pada Sabtu atau Minggu (30/4/23). Pada saat itu perkiraan arus mudik akan bertambah sibuk kendati sudah sebagian mereka kembali pada awal-awal pekan ini.Â
Baca juga: Usai Ramadan, Lebaran, Lalu..?
Itulah fenomena yang setiap Lebaran selalu saja berulang. Namun ada lagi fenomena lain yang jauh lebih menarik yaitu setiap usai Lebaran maka bertumpuklah sampah sampai menggunung.
Sampah adalah kata yang sangat populer selama ini. Saking populernya, sampah ini selalu menjadi topik sangat menarik untuk terus dibahas.Â
Namun anehnya setiap pembahasan tentang sampah selalu saja tidak pernah tuntas. Pembahasan sampah dalam diskusi, seminar, rapat kerja, simposium maupun dalam pertemuan forum-forum swadaya masyarakat, kerap dilakukan tapi tidak pernah selesai.Â
Sama halnya pada setiap Lebaran usai, sampah-sampah menumpuk menunggu petugas mengangkut ke Tempat Pembuangan Akhir.Â
Sampah seperti dalam foto di atas dan video Reel di Instagram.com/hensa17 ini, menunjukkan penumpukkan sampah hingga memakan area jalan hampir separuh sehingga bisa mengganggu arus lalu lintas.Â
Terjadinya penumpukkan sampah di area pembuangan sementara ini sebenarnya akibat menumpuknya sampah yang tidak tertangani oleh petugas pada sepekan sebelum hari Lebaran.Â
Hal itu bisa terjadi mungkin karena petugas sangat terbatas sehingga yang ada menjadi kewalahan. Lagi pula para petugas sampah yang sangat terbatas itu karena profesi ini tidak menarik minat bagi para pencari kerja.Â
Perlu adanya terobosan bagi profesi petugas sampah misalnya dengan memberikan insentif menarik bagi mereka. Jaminan kesehatan yang baik karena mereka bekerja di lingkungan yang penuh dengan racun, bakteri dan kuman berbahaya bagi kesehatan mereka.Â
Dengan menerima pendapatan sekedarnya dan status pegawai mereka yang juga tidak jelas, maka wajar saja jika mereka bekerja seadanya, kurang semangat dan minim motivasi.Â
Saya yakin artikel ini bukan yang pertama. Banyak sudah unggahan artikel-artikel tentang petugas sampah yang memerlukan perhatian dari Pemerintah Daerah setempat.Â
Bahkan sudah seberapa banyak para pakar sampah memberikan solusi cerdas dalam hal penanganan sampah dengan menawarkan teknologi. Begitu pula memberikan solusi kesejahteraan bagi para petugas pengangkut sampah.Â
Semoga pada suatu hari kita bisa menyaksikan sebuah film pendek yang mengunggah tentang kebersihan bebas sampah seusai Lebaran. Iya mungkin nanti pada suatu hari, tapi entah kapan.Â
Salam bahagia @hensa17.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H