Hati yang bersih itu sangat penting dalam menjalani kehidupan ini. Kita pasti menyadari hal itu dengan kesadaran penuh dan dalam keimanan kita kepada Allah.Â
Lalu apakah kita mampu membersihkan hati ini yang penuh dengan kotoran dan daki yang menempel lekat sehingga warnanya hitam pekat?Â
Tentu saja sebagai hamba Allah yang beriman dan selalu berbaik sangka kepadaNya, segala upaya yang menyertai semua pengabdian kita selalu menghasilkan pencapaian pada kebersihan hati.Â
Di tengah-tengah kita menjalani ibadah puasa, banyak sekali kegiatan ibadah yang muaranya adalah kebersihan hati.Â
Hal itu wajar karena puasa itu target utamanya adalah hamba yang bertaqwa atau seorang Muttaqien yang bersih hatinya.Â
Ada hal yang seringkali kita luput dari perhatian tentang upaya kebersihan hati di tengah puasa yaitu menjaga lisan.Â
Rasulullah pernah dalam sebuah haditsnya berpesan bahwa sesungguhnya kebanyakan dosa manusia itu berpangkal dari lisannya.Â
Beliau juga selalu mengingatkan kita melalui Hadits Riwayat Buchari-Muslim yang menyebutkan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka hendaklah berkata baik atau diam.Â
Fakta di tengah kita sering terjadi bahwa orang-orang yang banyak bicara memiliki risiko banyak salah. Apalagi berbicara dengan kesombongan dirinya. Â
Semakin banyak bicara tanpa ada kendali iman maka banyak pula kesalahan yang akan terjadi. Kesalahan demi kesalahan itu adalah dosa yang akan mengotori hati.Â
Bagaimanapun hati ini selalu terpengaruh oleh semua kegiatan fisik kita. Hati ini sesungguhnya ibarat cermin, maka tidak akan mampu menangkap hakekat segala sesuatu kecuali cermin itu dalam keadaan bersih.Â
Begitu pula dengan hati. Maka harus dalam keadaan bersih sehingga mampu menangkap cahaya. Harus dalam keadaan lurus fokus kepada semua kodratNya.Â
Itulah pentingnya kita selalu membersihkan dan mencerahkan hati. Hati yang bersih dan cerah akan mudah menerima semua hidayah dari Allah.Â
Pembersihannya dengan cara membersihkan segala kotoran syahwat dan ahlak yang tercela. Sedangkan pencerahannya adalah menjalani segala aktivtas dzikir dan ma'rifat.Â
Melalui ibadah yang ikhlas dengan penuh khidmat mengikuti semua sunah Rasulullah, niscaya berdampak pada kebersihan hati. Kita harus selalu menyadari bahwa tujuan ibadah itu sebagai upaya untuk mengokohkan rasa cinta hamba kepada Khaliqnya.Â
Kita juga harus terus menyadari bahwa susungguhnya kebahagiaan seorang hamba di alam keabadian sangat tergantung pada rasa cintanya kepada Allah SWT.Â
Rasa cinta itu bisa terwujud hanya dengan berma'rifat dan berdzikir. Jalan ma'rifat itu sangat terjal dan dzikir itu sangat berat. Itulah tantangan kita selama menjalani Ramadan ini.Â
Ibadah yang harus selalu rutin saling berkesinambungan sehingga semakin kokohlah kerinduan sosok hamba kepada Khaliqnya. Â
Ma'rifat itu artinya sebagai kemampuan sosok hamba melihat Tuhannya dengan menggunakan mata hati.Â
Jalan ma'rifat tidak mudah begitu saja kita mampu menggapainya harus melalui amalan dzkir yang panjang dan khusyu.Â
Membersihkan hati itu sangat penting karena hati yang bersih adalah jiwa yang bersih dan suci. Hanya dengan kebersihan hati dan kesucian jiwa kita bisa bertemu dengan Allah Yang Maha Suci.Â
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menyucikan jiwa itu (Al-Quran, As-Syams 9).Â
Salam bahagia @hensa.
#RenunganRamadan1444
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H