Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan

23 Januari 2023   19:26 Diperbarui: 23 Januari 2023   20:08 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Pertemuan aliran akhir saluran limbah Pabrik Gula ini langsung menuju sungai irigasi untuk pesawahan. Ini yang menjadi perhatian Anindita Nilajuwita. 

Staf Ahli Kementerian Lingkungan Hidup lulusan Australia ini masih asyik mengamati setiap aliran air dari buangan yang baru keluar dari Instalasi Pengolahan Air Limbah. 

Anindita ditemani Kabag Pabrikasi, Ir Solihin dan para Staf Teknik dan Laboratorium. Ini kunjungan rutin untuk pembinaan Progran Peringkat Pengelolaan Lingkungan. 

"Secara visual sudah bagus tapi perlu di cek lagi di laboratrium!" Kata Anindita dengan mata yang masih tertuju ke air buangan tersebut. 

"Baik Bu. Nanti kita sampling lagi." Kata Solihin, Kabag Pabrikasi di pabrik itu. 

Instalasi Pengolah Air Limbah tersebut berfungsi dengan baik. Pada kolam aerasi tampak berwarna coklat muda yang menandakan bakteri bekerja dengan baik. 

Begitu pula pemberian aerasi sudah maksimal untuk pertumbuhan bakteri pengolah air limbah dengan subur. Instalasi rancangan dari Pusat Riset Gula Nasional di Pasuruan ini sangat efektif dengan menggunakan lahan sempit.  

Baca juga: Cerpen: Lamunanku

Mereka melanjutkan inspeksi ke dalam pabrik pada unit stasiun gilingan dimana tebu-tebu mulai digiling dan diperah niranya. 

Anindita mengamati sudah banyak sekali kemajuan yang dicapai dalam penataan program in house keeping di unit gilingan ini. 

"Pak Solihin! Tolong pada unit gilingan ini harus benar-benar perhatian pada pencegahan cipratan nira yang jatuh pada saluran."

"Benar Bu. Beberapa saluran sudah kami tutup. Masih ada yang belum tertutup tetapi jauh dari jalur aliran nira." Ujar Solihin. 

Anindita hanya mengangguk pelan. Wanita cantik berusia 30 tahun yang masih jomlo ini mengamati aliran nira dengan seksama terutama yang menuju unit penguapan. 

Perjalanan inspeksi berlanjut menuju stasiun filtrasi dalam proses pemisahan filter cake dari larutan gula yang akan digunakan dalam proses lanjut. 

Anindita juga melihat progres yang sangat menggembirakan pada unit filtrasi. Pemisahan endapan sudah sempurna dan tidak ada setetes cairan yang jatuh pada saluran di sekitarnya. 

Masih ada waktu untuk diskusi sebelum jam istirahat tiba. Anindita mengajak Kabag Pabrikasi dengan semua jajaran stafnya berdiksusi di Ruang Rapat. 

Diskusi berjalan dengan baik. Beberapa catatan penemuan dari Anindita juga sudah menjadi masukan penting bagi Kabag Pabrikasi, Solihin dan kolega. 

"Maaf Pak Solihin. Ini acara saya memang mendadak sekedar ingin melihat kemajuan program yang tengah berjalan."

"Iya Bu tidak apa-apa. Kami berterima kasih atas masukan-masukan Ibu. Nanti juga akan saya laporkan kepada Pak GM Prasaja." 

"Kapan Pak Prasaja kembali dari Jakarta?" 

"Rencana sore ini Beliau sudah kembali." Jawab Solihin. 

Waktu Anindita menyebut nama Prasaja, hatinya bergetar. Ada rasa yang dia tidak pernah memahaminya antara rasa rindu dan rasa lain yang ingin selalu dia hindarkan.

Bagi Anindita sosok Prasaja Utama tidak pernah bisa hilang dari setiap hembusan nafasnya dan getaran hatinya. 

Dari sejak pagi tadi melakukan kunjungan kerja Sidak ke PG di Malang ini, ada rasa sesal karena Anindita tidak bertemu dengan Prasaja. Pada saat yang bersamaan, General Manajer pabrik gula tersebut sedang melakukan Rapat Kerja di Jakarta. 

Anindita sore itu sudah boarding di Bandara Juanda untuk bersiap kembali ke Jakarta. Tetiba ponselnya berbunyi. Ada tertera nama Mas Pras di layar ponselnya. 

"Hallo Anin!" Suara Prasaja dengan nada gembira.  

"Hallo Mas Pras!" Suara Anin bergetar. 

 "Terima kasih sudah berkunjung ke pabrik. Solihin baru saja laporan."

"Iya Mas sama-sama." 

"Kok gak bilang dulu kalau mau ke Malang." Suara Prasaja penuh sesal karena dia tidak bisa bertemu Anindita pada momen itu. 

"Iya Mas. Namanya juga sidak. Eh kebetulan juga Pak GM nya tidak di tempat. Jadi saya lebih leluasa mengorek data dari pegawainya." Kata Anin sambil tertawa. Prasaja juga tertawa di seberang sana. 

"Lain kali kalau ada acara ke Surabaya atau Malang telpon kami ya. Mbak Aya juga sudah kangen kamu lho Anin." 

"Iya Mas Pras. Terima kasih." 

Dialog itu sangat singkat tapi mengandung banyak makna bagi Anindita. Mas Pras dan Mbak Aya, lengkapnya Azkia Samha Saufa, istri tercinta dari Mas Pras, mereka sudah juga sangat dirindukan Anindita. 

Entah kapan ada pertemuan lagi dengan mereka. Anindita mungkin tetap menyimpan rasa rindu itu hingga terbayar tunai dalam sebuah pertemuan. Namun entah kapan. 

Salam @hensa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun