Romantisme Total Football ala Belanda yang mereka tampilkan di ajang Piala Dunia Jerman tahun 1974 masih menjadi kenangan tidak terlupakan hingga kini.
Setiap Piala Dunia hadir di tengah-tengah kita, kenangan penampilan Johan Cruyff dan kawan-kawan seakan kembali terbayang di benak kita.
Saat Piala Dunia tahun 1974 itu, Belanda, walaupun hanya menjadi juara kedua, namun jauh lebih populer dibandingkan dengan Jerman Barat Sang Juara yang saat itu menjadi Tuan Rumah.
Sosok Johan Cruyff adalah pemain yang memiliki kemampuan menerjemahkan filosofi total football milik pelatih Belanda, Rinus Michels, Sang Penemu total football.
Baca juga: Liga Champions, Babak 16 Besar Rasa Final
Kini Negeri Kincir Angin itu kembali lolos dan hadir di ajang Piala Dunia Qatar 2022 setelah mereka tidak lolos pada gelaran Piala Dunia 2018 di Rusia. Partisipasi di Qatar adalah yang ke-10 untuk Timnas Belanda.
Mereka akan datang ke Negeri Padang Pasir tersebut dengan sejuta harapan untuk meraih prestasi tertinggi yang pernah mereka capai.
Sejauh ini Belanda baru mampu berprestasi di ajang Piala Dunia hanya sebagai finalis. Mereka belum pernah meraih trofi juara.
Dalam sejarahnya ikut Piala Dunia, Belanda berhasil 3 kali lolos ke final yaitu pada Piala Dunia tahun 1974 (Jerman Barat), 1978 (Argentina) dan 2010 (Spanyol).
Belanda sudah 9 kali berpartisipasi dalam kejuaraan Piala Dunia yaitu tahun 1934 (16 besar), 1938 (16 besar), 1974 (Peringkat 2), 1978 (Peringkat 2), 1990 (16 besar), 1994 (Perempat final), 2006 (16 besar), 2010 (Peringkat 2), dan 2014 (Peringkat 3).
Pada ajang Piala Dunia 1974 di Munich, Jerman Barat, ada dua pemain yang menonjol dan sangat populer yaitu Johan Cruyff dan Franz Beckenbauer. Mereka menjadi legenda sepak bola Dunia karena sukses mengantarkan negara mereka sebagai finalis.
Final Piala Dunia 1974 adalah momen emas bagi skuad Belanda yang menorehkan prestasi pertama kalinya negara itu lolos ke laga puncak.
Bagaimana antusias mata dari jutaan penonton di dunia termasuk para pemirsa TVRI saat itu yang menyiarkan secara langsung laga final tersebut. TVRI adalah satu-satunya televisi di Indonesia karena televisi swasta Nasional belum ada tahun 1974 itu.
Sedangkan di Stadion Olimpiade Munich hadir sekitar 75.000 penonton menyaksikan laga final tersebut. Fans tuan rumah Jerman (Barat) terkejut saat Belanda unggul lebih dulu pada menit kedua.
Keunggulan yang terlalu cepat, bahkan saat itu belum satu pun pemain Jerman yang menyentuh bola. Tendangan penalti Johan Neeskens berhasil membuat Belanda unggul 1-0.
Penalti untuk Belanda hadiah dari Wasit asal Inggris, Jack Taylor karena Ulli Hoeness melanggar Johan Cruyff di area penalti hanya satu meter dari luar kotak 16 ketika Cruyff menerobos melewati barisan pertahanan Jerman.
Ini adalah tembakan penalti yang merupakan penalti pertama dalam sejarah final Piala Dunia. Begitu pula gol Johan Neeskens adalah gol perdana Belanda di momen final Piala Dunia sepanjang sejarah negeri itu.
Namun keunggulan Belanda pupus pada menit ke-25, ketika Jerman berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Gol Jerman juga lahir lewat titik penalti.
Saat itu bek Belanda, Wim Jensen menjatuhkan winger Jerman, Bernd Holzenbein di area penalti Belanda. Paul Breitner yang menjadi Algojo tendangan penalti berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1. Gol emas Jerman Barat lahir dari hasil kinerja luar biasa Bomber mereka Gerd Muller.
Striker tajam Jerman yang memiliki julukan Der Bomber ini melakukan tendangan dengan membalikkan badan dari sudut sempit ke pojok kanan tiang gawang Jong Blood pada menit 43. Kedudukan 2-1 untuk Jerman bertahan hingga turun minum.
Gerd Mueller dengan gol ini telah membuat rekor dengan mengoleksi 14 gol selama tampil di dua Piala Dunia. Ia melampaui rekor Just Fontaine yang mencetak 13 gol di satu Piala Dunia. Rekor Mueller dilewati Ronaldo dengan mencetak 15 gol di tiga Piala Dunia.
Pada babak kedua Belanda terus menyerang dengan total footballnya. Namun Jerman juga terus berupaya menahan serangan The Orange dengan lini pertahanan yang kokoh.
Akhirnya Jerman berhasil mempertahankan kemenangan hingga pertandingan usai kedudukan 2-1 tetap bertahan untuk Jerman Barat.
Belanda terlambat untuk bangkit menyelesaikan tugas utama mereka meraih Piala Dunia tahun 1974 tersebut. Mereka baru sadar dengan ketelodorannya, ketika pada babak pertama hanya bermain-main dengan bola usai unggul satu gol atas Jerman.
Belakangan sosok penyerang Belanda asal Ajax, Johnny Rep memberikan kesaksiannya tentang kesalahan skuad Belanda saat final menghadapi Jerman tersebut.
“Kami ingin mengolok-olok mereka. Kami tidak berpikir tentang itu tapi kami melakukannya, mengoper-oper bola tanpa tujuan,” kata Johnny Rep, seperti dilansir situs resmi FIFA.com (3/2/18).
“Kami lupa mencetak gol kedua. Ketika Anda melihat rekaman video laga itu, bisa dilihat para pemain Jerman makin lama makin marah. Itu kesalahan kami. Akan jauh lebih baik kalau yang mencetak gol pertama itu Jerman Barat,” lanjutnya.
Saat itu ada yang berpendapat bahwa hal itu dilakukan para pemain Belanda karena mereka masih mengingat bagaimana kekejaman nazi saat melakukan operasi militer ke negeri Belanda.
Namun bagaimanapun momen final tersebut hingga saat ini menjadi momen terbaik penampilan Belanda dengan menerapkan total football nya. Johan Cruyff ibarat dirijen dalam orkestra total football ala Belanda.
Cruyff ini adalah kepanjangan tangan dan pikiran dari sosok pelatih Belanda, Rinus Michels. Filosofi sepak bola total football diperankannya dengan baik di lapangan bersama skuad Belanda sepanjang Piala Dunia tahun 1974.
Sebelum lolos ke final Total Football Belanda membuat negara-negara ini menjadi korban mereka. Argentina mereka kalahkan dengan 4-0 dan juara bertahan Piala Dunia 1970, Brasil dengan skor 2-0.
Bisa kita bayangkan saat itu performa tim Orange menghadapi lawan-lawan mereka. Sungguh romantisme total footbal yang sangat mengesankan.
Apakah pada Piala Dunia Qatar 2022 ini Belanda akan bangkit seperti yang pernah mereka lakukan pada ajang dunia ini beberapa tahun lalu? Kita tunggu saja di Qatar nanti.
Salam bola @hensa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI