Ini gol cepat karena laga baru berlangsung 9 menit. Sungguh gol ini sangat mengejutkan skuad Gajah Perang yang hobi bermain sepak bola Gajah.Â
Usai gol tersebut, Thailand mencoba meningkatkan intensitas serangan dengan menguasai bola. Namun skor 1-0 tersebut bertahan hingga babak pertama usai.Â
Pada babak kedua Thailand langsung menerapkan permainan menyerang lebih gencar. Praktis lapangan berhasil mereka kuasai dengan mempermainkan bola dari kaki ke kaki.Â
Namun karena pertahanan sangat kokoh yang diperagakan lini belakang Laos, membuat para penyerang Thailand sulit menembus area penalti lawan.Â
Apalagi penampilan kiper Laos, Phounin Xayyasone sangat luar biasa. Ketangguhan Phounin ini berhasil membuat pemain-pemain Thailand frustrasi. Mereka selalu gagal menghasilkan peluang mereka menjadi gol.Â
Salah satu momen emas Thailand untuk menyamakan kedudukan terjadi di menit akhir babak kedua ketika bola hanya tinggal ditembak, namun gagal karena bola hanya bergulir lemah yang bisa dipeluk kiper Laos.Â
Sepanjang babak kedua tersebut Laos memilih bermain defensif dengan kordinasi yang kokoh dan komunikasi yang baik diantara para pemain mereka.Â
Filosofi bertahan ala Michael Weiss yang rapat, taktis dan cerdas sambil menunggu celah untuk melancarkan serangan balik berbuah hasil.Â
Dengan mengandalkan satu ujung tombak yang selalu siap melakukan solo run di lini depan menembus area penalti Thailand, akhirnya gawang Thailand kembali kebobolan di menit ke-84.Â
Damoth Thongkhamsavath yang berlari membuka ruang di sisi kiri pertahanan Thailand, sukses menjebol gawang Narongsak Naengwongsa dengan tendangan akurat kaki kanannya.Â
Weiss mengaku masih belum percaya baru saja mencetak sejarah karena Laos pertama kali lolos ke final Piala AFF U-19. Ia yang menangani tiga kelompok umur tim sekaligus menyebut hanya bekerja sebaik mungkin.