Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Inilah "Kelebihan" Thailand yang Membuat Garuda Muda Tak Berkutik

20 Mei 2022   06:44 Diperbarui: 20 Mei 2022   14:06 1490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Garuda Muda akhirnya kandas di semi final ketika harus mengakui keunggulan Thailand satu gol tanpa balas. Mereka bertanding hingga 120 menit dalam laga yang panas dengan insiden 4 kartu merah. 

Shin Tae yong, pelatih Indonesia, terlihat kecewa terhadap pemain yang tidak sportif sehingga mendapatkan kartu merah. Terutama untuk Firza Andika melakukan pelanggaran keras kepada pemain Thailand yang langsung mendapat kartu merah. 

Selain Firza, Ricky Kambuaya dan Rachmat Irianto juga mendapat kartu merah akibat dua akumulasi kartu kuning. Demikian pula sebelumnya pemain Thailand, William Gabriel Widersjoe mendapatkan kartu merah juga dari dua akumulasi kartu kuning. 

Stadion Thien Truong, Hanoi malam itu menjadi saksi bisu kegagalan Garuda Muda untuk yang kesekian kalinya kalah dari skuad Gajah Perang. Harus diakui Thailand memang lebih unggul dalam permainan mereka dibandingkan Indonesia. 

Penghargaan tinggi tetap kita berikan kepada skuad Garuda Muda yang sudah berjuang hingga titik batas kemampuan mereka di semi final SEA Games Vietnam 2022. 

BACA JUGA : Liga Inggris Persaingan Liverpool dan Manchester City hingga Akhir Kompetisi. 

Gol tunggal Thailand dicetak Weerathep Phomphun pada menit ke-95 diperpanjangan waktu. Kekalahan ini membuat Garuda Muda kembali harus menunda untuk mengulang kesuksesan meraih emas seperti pada 1991 di SEA Games Manila, Filipina. 

Saat itu Indonesia menang 4-3 atas Thailand melalui drama adu penalti. Sejauh ini Timnas Indonesia sejak pertama kali ikut serta di SEA Games pada 1977 telah 23 kali bertanding menghadapi Thailand.

Dari 23 pertemuan tersebut, Indonesia kerap tidak berkutik menghadapi permainan Thailand. Pasukan Gajah Perang ini terlalu dominan. 

Bisa disimak dari catatan yang ada bahwa Timnas Garuda hanya meraih enam kemenangan. Tiga di antaranya kemenangan melalui drama adu penalti. 

Sementara itu, Thailand sukses dengan meraih 15 kemenangan, dan dua laga sisa mereka berakhir dengan imbang. Semua catatan tersebut adalah bukti bahwa sepak bola Thailand jauh lebih baik dari Indonesia. 

Ini Kelebihan Skuad Thailand

Mengamati pertandingan semi final malam itu, Thailand lebih unggul secara organisasi permainan. Terutama pada babak kedua, mereka mampu menekan sepanjang laga dengan mengatur ritme permainan dengan baik. 

Mereka mengalirkan bola dengan lancar dari kaki ke kaki sehingga ball position skuad Thailand lebih unggul. Penguasaan bola yang dominan membuat Garuda Muda harus bertahan. 

Pemain-pemain Thailand benar-benar memainkan bola bukan dipermainkan bola. Organisasi dan komunikasi di antara para pemain terjalin kompak dengan pergerakan tanpa bola yang selalu membuka ruang. 

Akurasi umpan dan saling pengertian di antara mereka sangat baik.  Lini tengah benar-benar dikuasai oleh gelandang-gelandang Thailand. Benjamin James Davis adalah gelandang serang Thailand yang sangat energik. 

Pergerakkan pemain naturalisasi Thailand ini sulit dihentikan. Umpan-umpannya sangat terukur dan tepat dengan pergerakkan tanpa bola rekan-rekannya. 

Asisnya di area penalti Indonesia adalah awal dari lahirnya gol yang dicetak oleh rekannya, Weerathep Phomphun yang dengan satu gerakan membalikkan badan lalu menendang keras ke gawang Ernando Ari.

Secara keseluruahan skill individu pemain-pemain Thailand sedikit lebih unggul dari pemain Indonesia. Mereka juga sangat kuat dari segi postur tubuh yang lebih kekar. 

Perhatikan teknik mereka dalam melindungi bola yang sedang mereka kuasai dengan kaki mereka. Pemain-pemain Indonesia tidak mampu merebut bola dari kaki-kaki pemain Thailand. 

Kokoh tidak mudah lepas dari kaki dan hanya dengan dua pemain Indonesia baru bisa direbut. Itu juga akhirnya harus berbuntut pelanggaran. 

Mereka juga memiliki mental bertanding yang terbangun melalui karakter pemain yang pantang menyerah. Tidak mudah gugup dan tetap fokus dalam permainan. 

Kini semakin jelas sudah dengan fakta-fakta tersebut. Shin Tae yong walaupun tetap aman sebagai pelatih, tetapi memiliki pekerjaan rumah yang sangat banyak. 

Terutama mempersiapkan mental para pemain dan ironinya juga mempersiapkan teknik dasar yang seharusnya sudah dimiliki oleh pemain sekaliber pemain nasional. 

Ketum PSSI pun akhirnya harus legawa menerima kekalahan ini. Memang seharusnya demikian mengakui dengan jujur betapa sepakbola Indonesia masih harus berbenah lebih baik lagi. 

"Terima kasih anak-anakku, kalian sudah bermain dengan sangat bagus. Sengit sekali jalannya pertandingan hari ini, namun final belum menjadi rezeki kita. 

"Ambilah pelajaran dari kekalahan hari ini, tegakkan kepala kalian. Masih ada peluang meraih medali bagi Indonesia," kata Ketum PSSI, Mochamad Iriawan seperti dirilis situs resmi PSSI.org (19/5/21). 

Iya benar, sebaiknya dengarkan petuah Sang Ketum yang kerap kali tampil bak selebgram ini. Ambilah pelajaran dari kekalahan ini. Memang Garuda Muda harus terus belajar, belajar dan belajar. 

Bravo Merah Putih @hensa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun