Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Ramadan dan "Waspadai" Takjub Diri

21 April 2022   15:01 Diperbarui: 21 April 2022   15:12 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by IStockphoto. 

"Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia lah Yang Paling Mengetahui tentang orang-orang yang bertakwa."  

(QS An-Najm 32).

Dalam sebuah hadis, Rasulullah pernah bersabda bahwa ada tiga hal yang bisa membinasakan yaitu kebakhilan yang dituruti, hawa nafsu yang dikuti dan merasa takjub dengan diri sendiri. 

Merujuk pada ayat Al Quran pada awal tulisan ini, Allah sudah memberi peringatan bahwa kita tidak boleh merasa bahwa diri ini yang paling suci. Hal ini seperti disabdakan dengan hadis adalah rasa takjub yang bisa membinasakan. 

BACA JUGA : Puasa Ramadhan dan Makna Hablum Minannas. 

Di tengah kita menjalankan ibadah puasa, alangkah baiknya terus mencoba merenungkan ayat Al Quran di atas dan sabda Rasulullah tersebut. 

Seringkali kita terjebak dengan takjub diri. Ketika kita rajin menjalankan ibadah kepada Allah dengan disiplin tinggi. Penuh khusyu dan harapan. 

Bahkan mungkin ada diantara kita yang sudah paripurna menjalankan rukun yang lima. Dari mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu syahadat Tauhid dan syahadat Rasul.  

Mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan dan pergi ke Baitullah untuk menunaikan ibadah Haji. Maka sempurnalah menjalankan rukun yang lima. 

Namun di sinilah tantangannya. Banyak mereka yang terjebak dengan takjub diri. Hal yang justru dapat merusak segala amal ibadah yang sudah dijalankan bertahun-tahun. 

Sifat takjub itu adalah induk dari sifat takabur, sifat menyombongkan diri yang sangat berbahaya. Jika sifat takjub hanya fokus kepada perasaan untuk diri sendiri, maka sifat takabur adalah karakter yang sudah berhubungan dengan orang lain. 

Namun takabur ini awalnya merupakan asal dari sifat takjub diri. Hakikat takjub itu adalah merasa diri memiliki kelebihan dan tanpa menyadarinya bahwa semua yang dimilikinya itu tidak kekal. 

Jika seorang hamba takjub pada prestasi ilmu dan amal ibadahnya, maka seharusnya dia juga mengingat dan merenungkan bahwa semua yang dicapainya itu berkat kehendak, pengetahuan dan kekuatan Allah semata. 

Dengan demikian dirinya tidak pernah berlebihan dan berbangga diri dengan apa yang dilakukannya menjalankan semua amal ibadah kepada Allah. Takjub diri hanya membuat dirinya menjadi bodoh karena akan kehilangan semua pahala dari Allah. 

Berikut sebuah teladan yang dilakukan seorang sahabat Nabi, Bisyr bin Manshur. Ketika orang-orang terkagum-kagum dengan sholat beliau yang khsuyu dengan bacaan Quran yang fasih. Begitu pula ibadah-ibadah lainnya patut menjadi kekaguman bagi orang-orang di sekitarnya. 

Namun Bisyr bin Manshur tidak terjebak dengan takjub diri. Beliau malah mengatakan kepada orang-orang itu bahwa semua tidak perlu takjub pada dirinya karena itu bisa mejadi terperdaya. 

Bisyr mengibaratkan dengan iblis yang mengabdi kepada Allah selama ribuan tahun, tetapi iblis menjadi ingkar karena merasa takjub merasa dirinya lebih baik dari manusia.  Maka Allah akhirnya melaknatnya hingga akhir zaman. 

Sifat takjub diri yang sangat menjebak diri kita dari kebinasaan karakter yang mungkin sudah kita bangun bertahun-tahun. Semoga kita mampu terhindar dari sifat jahat takjub diri. Aamiin ya Allah. 

Salam @hensa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun