Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa Ramadan dan "Curhat" Seorang Lansia

18 April 2022   20:54 Diperbarui: 18 April 2022   21:27 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Pixabay/Esam Hussein

Apabila bulan Ramadan tiba, semua pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu.  Lalu seorang Malaikat berseru, 'wahai pencari kebaikan, teruskanlah. Dan wahai pencari kejahatan, hentikanlah.'  (HR Bukhari dan Muslim). 

Puasa pada hakekatnya mengandung ajaran luhur dalam diri kita yaitu pencegahan diri atau memupuk kemampuan untuk menahan diri. Oleh sebab itu puasa adalah amalan yang sifatnya sangat rahasia, hanya diketahui antara Allah dan hambaNya. 

BACA JUGA : Puasa Ramadan dan Tolerasi Antar Kita. 

Sebagai seorang yang sudah lanjut usia (Lansia), sangat memahami benar betapa pentingnya setiap Ramadan yang hadir setiap tahun. Banyak kenangan yang hadir kembali seakan kejadian itu terasa baru kemarin. 

Sebuah kenangan ketika Ibunda berulang tahun yang ke-80. Ternyata itu adalah ulang tahun beliau yang terakhir yang dihadiri dalam acara syukuran bersama keluarga. 

Sosok Ibu yang pertama kali mengajarkan berpuasa pada masa kecil dulu. Ada yang namanya puasa bedug yaitu berpuasa hanya hingga waktu Zuhur. 

Itulah pertama kali Ibuku mengenalkan puasa pada masa kecilku. Masa-masa dimana seorang Ibu memberikan bimbingan spiritual yang sangat penting bagi kehidupan anak-anaknya. 

Bimbingan Ibu telah menjadikan seorang anak memiliki karakter terpuji. Memegang teguh keyakinan tauhid kepada Yang Maha Esa. Begitu pula selalu menjunjung tinggi rasa hormat kepada sesama.

Ibu selalu membimbingku selama bulan puasa mengikuti kegiatan tarawih, membaca Al Quran. Begitu pula selalu membangunkanku untuk makan sahur. 

Ramadan bagiku adalah kenangan-kenangan tentang Ibu. Tentang petuah-petuahnya. Tentang disiplin kerasnya dalam beribadah. Tentang kasih sayangnya dalam membimbing. 

Setelah Ibu tiada, semakin terasa betapa sangat berartinya Ibuku dalam setiap denyut hidupku. Pelajaran kehidupan yang diberikannya begitu membekas dalam sanubariku sepanjang hayat. 

Bagaimana aku kembali teringat ketika Ibu selalu memberitahu bahwa pada bulan puasa itu tidak ada setan karena mereka dibelenggu. Seperti Hadis yang tertera di awal tulisan ini. 

Saat kecil dulu memahami setan dibelenggu adalah pemahaman polos dengan cara harfiah. Kini pemahaman pada masa lansia menjadi berbeda. 

Setan yang dibelenggu karena mereka saat bulan Ramadan ini tidak bisa leluasa menggoda manusia yang berpuasa. Ada benteng kuat dan tebal menghalangi mereka untuk menembus hati manusia yang berpuasa. 

Makna tersirat dari setan-setan dibelenggu dalam pengertian secara hakiki sehingga intensitas mereka menggoda manusia menjadi berkurang, berbeda dengan yang dilakukan mereka pada bulan selain Ramadan. 

Pintu-pintu surga dibuka lebar-lebar memiliki arti peluang masuk ke dalamnya semakin terbuka dengan adanya ibadah puasa di bulan Ramadan. 

Segala amalan ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadan memiliki pahala yang tinggi sebagai jaminan masuk surgaNya. Semua nafas kehidupan dalam bulan Ramadan penuh dengan keberkahanNya. 

Jalan menuju surga pada bulan Ramadan lebih mudah karena amal-perbuatan baik lebih cepat diterima dan semua doa dikabulkan Allah. 

Begitu juga maksud ditutupnya pintu neraka adalah mencegah mereka yang berpuasa di bulan Ramadan, dari kemaksiatan dan perbuatan-perbuatan yang bisa membawa mereka ke neraka. 

Bulan penuh berkah ini juga jaminan ampunan Allah kepada orang yang berbuat keburukan karena adanya orang yang berbuat kebajikan. Inilah makna dari tertutupnya pintu neraka seperti ditulis dalam hadis di atas. 

Kata orang bijak hidup ini dimulai ketika kita berusia 4o tahun, maka pada saat kita kini berusia lansia (60 tahun ke atas) berarti baru saja menjalani kehidupan melewati dua dasa warsa. 

Jika di usia awal kehidupan itu kita tidak memiliki bekal yang cukup, betapa sibuknya kini harus berbenah untuk memenuhi bekal yang cukup menuju jalan pulang. Sungguh tantangan berat bagiku. Semoga Allah selalu memberi petunjukNya. Aamiin. 

Salam @hensa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun