Tim Harimau Malaya sendiri terhenti di fase grup karena tidak mampu bersaing dengan Timnas Indonesia dan Vietnam.Â
Ternyata mereka juga mengalami hal yang sama, selama turnamen Piala AFF itu tidak menghasilkan gol dari striker yang mereka miliki. Para penyerang tengah mereka juga mandul.Â
Safawi Rasid yang mengemas empat gol adalah sosok penyerang sayap yang terkadang bisa dimainkan sebagai penyerang tengah. Sementara empat gol lain dibuat bek tengah, penyerang sayap, dan gelandang serang.Â
Sama seperti Indonesia, Satiananthan juga memandang Malaysia sedang berada pada tahap krisis penyerang seiring dengan kedatangan para bomber luar negeri. Hal ini berpengaruh pada performa lini serang tim Harimau Malaya.Â
"Jika kita bicara soal kekuatan penyerang. Kami memiliki beberapa striker lokal berkualitas seperti Luqman Hakim Shamsudin. Mereka harus berusaha dan memperbaiki diri.Â
"Kita harus berhenti mengatakan bahwa pemain lokal tidak diberi kesempatan untuk bermain secara reguler. Menyetop pemain asing bermain di liga tidak akan membantu kompetisi," kata Satiananthan dikutip dari New Straits Times, NST.com.my (3/2/22).Â
Jadi seharusnya para bomber lokal itu berani bersaing menghadapi para bomber asing tersebut. Meningkatkan kualitas diri bagi para striker Malaysia menjadi hal yang lebih penting saat ini.Â
Satiananthan juga memperhatikan kompetisi liga-liga di Thailand dan Indonesia. Meski liga-liga mereka banyak juga pemain asing, tetapi mereka tetap finis sebagai juara dan runner-up Piala AFF tahun lalu.Â
Bagaimana kiprah Satiananthan bersama Harimau Malaya? Pada tahun 2006, Satiananthan dipilih oleh Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) untuk menjadi pelatih kepala tim U-23 Malaysia dalam persiapan tim untuk kualifikasi Olimpiade 2008.Â
Dia juga terpilih sebagai pelatih kepala tim senior oleh presiden FAM Sultan Haji Ahmad Shah saat itu.Â
Setelah mengakhiri kampanye kualifikasi Piala Dunia 2010, ia kemudian membawa tim U-23 ke SEA Games 2007 di Thailand.Â