Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Gregoria Mariska dalam Peta Tunggal Putri Dunia

29 Oktober 2021   03:34 Diperbarui: 29 Oktober 2021   05:11 1883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gregoria Mariska beraksi di Olimpiade Tokyo tahun 2021 (ANTARA Photo/Sigid Kurniawan). 

Mereka sudah bertemu sebanyak 8 laga dan tidak satupun laga berhasil dimenangkan oleh Jorji. 

Mereka terakhir bertemu pada babak 16 besar Olimpiade Tokyo tahun 2021 yang dimenangkan Intanon dua gim, 21- 12 dan 21-19.

Satu lagi pemain putri yang sangat sulit dikalahkan oleh Gregoria Mariska adalah Pusarla Sindhu. Pemain tunggal putri asal India ini menang 7 laga dalam tujuh pertemuannya dengan Jorji.

Pertemuan terakhir mereka sudah lama sekali yaitu dalam turnamen Denmark Open tahun 2019. Saat itu Gregoria kalah dua gim, 20-22 dan 18-21.

Gregoria Mariska hingga kini masih belum mampu menundukkan para pemain tunggal putri tersebut, kecuali Akane Yamagunchi yang pernah dikalahkannya di Asian Games 2018 di Jakarta.

Hal ini sekaligus gambaran nyata tentang kemampuan dari performa Gregoria Mariska selama ini. Sekaligus bisa digunakan sebagai peta kekuatan tunggal putri terkuat kita di kancah perbulutangkisan Dunia.

Masih banyak yang harus dibenahi. Kekuatan teknik, taktik, fisik dan stamina diperlukan peningkatan yang lebih tinggi.

Menghadapi pemain seperti Tai Tzu Ying, Akane Yamaguchi, Ratchanok Intanon dan Pusarla Sindhu, dibutuhkan stamina prima dan taktik yang cerdas serta mental bertanding yang ulet pantang menyerah.

Faktor-faktor tersebut yang harus dimiliki oleh Gregoria Mariska jika ingin bersaing pada level atas tunggal putri Dunia.

Potensi Gregoria sangat cerah dalam usianya yang masih 22 tahun. Gadis kelahiran 1999 asal Wonogiri ini harus memiliki tekad kuat untuk memiliki keinginan bersaing  pada level atas bulutangkis putri Dunia.

Tanpa tekad yang kuat maka prestasi Gregoria hanya berada di sana tidak pernah bergerak ke atas. Tekad dan kemauan itu hanya datang dari diri sendiri bukan dari pelatih atau pengurus federasi badminton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun