Mereka sudah bertemu sebanyak 8 laga dan tidak satupun laga berhasil dimenangkan oleh Jorji.Â
Mereka terakhir bertemu pada babak 16 besar Olimpiade Tokyo tahun 2021 yang dimenangkan Intanon dua gim, 21- 12 dan 21-19.
Satu lagi pemain putri yang sangat sulit dikalahkan oleh Gregoria Mariska adalah Pusarla Sindhu. Pemain tunggal putri asal India ini menang 7 laga dalam tujuh pertemuannya dengan Jorji.
Pertemuan terakhir mereka sudah lama sekali yaitu dalam turnamen Denmark Open tahun 2019. Saat itu Gregoria kalah dua gim, 20-22 dan 18-21.
Gregoria Mariska hingga kini masih belum mampu menundukkan para pemain tunggal putri tersebut, kecuali Akane Yamagunchi yang pernah dikalahkannya di Asian Games 2018 di Jakarta.
Hal ini sekaligus gambaran nyata tentang kemampuan dari performa Gregoria Mariska selama ini. Sekaligus bisa digunakan sebagai peta kekuatan tunggal putri terkuat kita di kancah perbulutangkisan Dunia.
Masih banyak yang harus dibenahi. Kekuatan teknik, taktik, fisik dan stamina diperlukan peningkatan yang lebih tinggi.
Menghadapi pemain seperti Tai Tzu Ying, Akane Yamaguchi, Ratchanok Intanon dan Pusarla Sindhu, dibutuhkan stamina prima dan taktik yang cerdas serta mental bertanding yang ulet pantang menyerah.
Faktor-faktor tersebut yang harus dimiliki oleh Gregoria Mariska jika ingin bersaing pada level atas tunggal putri Dunia.
Potensi Gregoria sangat cerah dalam usianya yang masih 22 tahun. Gadis kelahiran 1999 asal Wonogiri ini harus memiliki tekad kuat untuk memiliki keinginan bersaing  pada level atas bulutangkis putri Dunia.
Tanpa tekad yang kuat maka prestasi Gregoria hanya berada di sana tidak pernah bergerak ke atas. Tekad dan kemauan itu hanya datang dari diri sendiri bukan dari pelatih atau pengurus federasi badminton.