Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"No Room for Racism", Apakah Hanya Slogan Kosong Ketika Pelecehan Rasial Berlangsung?

4 September 2021   06:31 Diperbarui: 4 September 2021   14:30 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Pemain dan wasit berlutut di lapangan melawan rasialisme sebelum pertandingan | Ilustrasi (AFP/XAVIER LAINE) via Kompas.com 

Kejadian pelecehan rasial kepada Raheem Sterling dan Jude Bellingham ketika laga kualifikasi Piala Dunia 2022 antara Inggris dan tuan rumah Hungaria di Budapest, ternyata bukan hanya sekali itu saja. 

Insiden pelecehan rasis di Puskas Arena Stadium malam itu sudah terjadi sejak awal. Fans di Hungaria mencemooh para pemain Inggris dengan tidak senonoh, saat mereka berlutut sebelum kick-off. 

Pelecehan berlanjut ketika gol pertama Inggris lahir dari kaki Raheem Sterling yang memanfaatkan umpan cerdas Mason Mount. 

Para pemain Inggris sesaat kemudian  dilempari cangkir bekas minuman dari tribun penonton disertai nyanyian monyet penuh kebencian. 

Ketika gol kedua lahir dari sundulan Harry Kane, para suporter Hungaria kembali  melempar suar ke gawang Inggris melampiaskan kekecewaan mereka. 

BACA JUGA : 2 Gol Cristiano Ronaldo Catat Rekor, Portugal Kandaskan Irlandia

Kejadian serupa juga dialami para pemain Republik Irlandia ketika mereka dicemooh dengan keji pada bulan Juni ketika mereka berlutut sebelum pertandingan persahabatan melawan tuan rumah Hungaria di Stadion Szusza Ferenc.  

Banyak pelecehan serupa yang dilakukan fans Ultras Hungaria terhadap tim yang bertanding di Puskas Arena, Budapest. 

Akibatnya Hungaria telah diperintahkan untuk memainkan tiga pertandingan kompetisi UEFA berikutnya secara tertutup. 

Hal itu menyusul pelecehan rasis dari pendukung dan spanduk homofobia di tribun selama pertandingan penyisihan grup Euro 2020 mereka di Budapest. 

Kita tentu masih ingat kejadian tersebut dimana spanduk homofobik terlihat di tribun penonton. 

Saat itu Hungaria kalah dari Portugal dalam pertandingan pembukaan mereka di turnamen Euro 2020 pada Juni lalu. 

Sementara Monkey Chant juga terdengar saat mereka bermain imbang dengan Prancis pada ajang Euro tersebut. 

Lagu bertema rasis itu ditujukan kepada para pemain Prancis berkulit hitam seperti Pogba dan Kante.

Akibatnya UEFA memberikan hukuman bertanding tanpa penonton pada tim Hungaria untuk setiap menjamu tamu mereka. 

Namun anehnya salah satu dari pertandingan itu ditangguhkan selama dua tahun termasuk laga melawan Inggris kemarin. 

Ada kesan UEFA sangat tidak serius menangani setiap insiden pelecehan rasis selama ini. Mereka hanya mengumbar slogan kosong tanpa bukti yang kongkrit. 

Pelecehan rasis di Benua Biru yang paling beradab ini bukan di Hungaria saja. Para pemain Inggris dicemooh awal musim panas ini oleh beberapa pendukung mereka sendiri ketika mereka berlutut untuk pertandingan pemanasan Euro 2020. 

Baca juga: Kualifikasi Piala Dunia Qatar: Pelecehan Rasis dan 4 Gol England di Puskas Arena Hungaria

Demikian pula mereka mendapatkan pelecehan rasis serupa oleh sebagian kecil penonton di pertandingan pembuka Euro 2020 melawan Kroasia di Wembley Stadium.

Pemain yang berlutut juga telah dicemooh di beberapa pertandingan klub sejak musim domestik dimulai di Premier League. Begitulah kejadian-kejadian pelecehan rasis terus berlangsung. 

UEFA selalu meneriakkan slogan "No Room to Racism", tetapi rupanya hanya sekedar slogan yang kosong tanpa arti. Terbukti hingga saat ini belum ada aksi dari UEFA yang menjadi nyata memerangi perbuatan memalukan dalam peradaban manusia.  

Gareth Southgate, manajer skuad Three Lions menggambarkan bahwa orang-orang yang memiliki pandangan rasis sebagai 'dinosaurus' ketika manajer Inggris itu mengecam diskriminasi yang dialami oleh beberapa pemainnya di Hungaria. 

Sementara Gelandang skuad Inggris, Kalvin Phillips mentweet setelah pertandingan di Budapest: "Senang bisa kembali mengenakan seragam @England malam ini, bangga dengan para pemain dan penampilan kami. Respons terbaik untuk beberapa penonton. Kebencian tidak akan pernah menang." Katanya dalam medsos miliknya, Twitter.com/KalvinPhillips (4/9/21). 

Perilaku rasis masih terus berlangsung dalam sepakbola di Eropa dan bahkan di dunia. Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sepakbola dalam hal ini adalah Federasi sepakbola dunia, FIFA harus bertindak bukan hanya meneriakkan slogan kosong. 

Walaupun pada kenyataannya berperang melawan rasisme yang terjadi di atas permukaan bumi ini adalah perjuangan yang tidak ringan. 

Namun seharusnya sepakbola adalah olahraga yang menjunjung sikap kebersamaan dan kesetaraan yang seharusnya bisa dipahami dan diwujudkan dalam perilaku nyata. 

Sepakbola adalah hiburan yang memberikan kebahagiaan bagi para penggemar. 

Bukan ajang untuk melampiaskan kebencian apalagi menumbuhkan permusuhan diantara para suporter. 

Justru sepakbola harus menjadi wadah untuk menyatukan perbedaan. 

Salam bola @hensa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun