Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulis Sketsa Kehidupan: Jadilah Pribadi yang Tahu Diri

30 Agustus 2021   05:38 Diperbarui: 30 Agustus 2021   09:27 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Menulis sebuah sketsa kehidupan adalah perenungan diri yang sangat mendalam. Sehingga menjadikan pribadi yang tahu diri untuk menempatkan dirinya dengan Tuhannya.

BACA JUGA : Membaca adalah Awal Penting dari Kegiatan Literasi

Perjalanan kehidupan ini tidak selamanya mulus dan lurus tetapi pasti juga menemui jalan penuh kerikil dan berliku. Terkadang pula jalan harus mendaki terjal seakan menapak ke langit. Atau menurun tajam seperti akan menembus tanah. 

Mari kita simak rangkaian kalimat suci di bawah ini :

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatupun melainkan bertasbih dengan memujiNya tetapi kalian tidak akan mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun (QS Isra:44).

Dalam beberapa ayat lain dalam Al Quran juga tertulis : Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya karena kebesaran Tuhan sementara para malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang ada di bumi (QS Asy-Syura : 5).

Guruh itu bertasbih dengan memuji Allah. Demikian pula para malaikat karena merasa takut kepadaNya (QS Ar-Ra'd: 13).

Maha Suci Allah. Subhaanallah. Harus diakui hanya Dia Yang Maha Suci dan semua mahluk memujiNya. Semua mahluk akan tunduk kepada kehendakNya.

Berbagai keindahan  dan keajaiban penciptaan dari semua yang tampak pada mahluk-mahluk Allah merupakan tanda-tanda yang menjadi petunjuk atas kebesaran Allah.

Semua fakta yang ada di sekitar kita tidak mampu untuk dibantah. Hanya orang-orang yang tidak memiliki akal saja yang mengingkari kebesaran Allah.

Simak dan perhatikan pula bagaimana keadaan bumi tempat kita menetap dan berpijak. 

Semua sudah sempurna tercipta untuk kebutuhan para hamba-hambaNya. Tidak ada satupun yang tidak memiliki manfaat.

Pikirkan pula semua yang dijadikan Allah yang ada di dalamnya dan di atasnya.

Bagaimana diciptakanNya gunung-gunung yang tinggi, lautan-lautan yang meluap yang mengelilinginya. 

Sungai-sungai yang mengalir di atasnya, berjenis-jenis tumbuhan dan pepohonan, berjenis-jenis binatang bertebaran di atasnya.

Coba simak rangkaian kalimat berikutnya dalam FirmanNya:

Dan suatu tanda kekuasaan Allah yang besar bagi mereka adalah bumi yang mati.

Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-biji-an maka dari padanya mereka makan. 

Dan kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberpa mata air.

Supaya mereka dapat makan dari buahnya dan dari apa yang diusahakan dari tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? (QS Yaa siin 33-35).

Sudah selayaknya kita menjadi mahluk yang harus tahu diri terhadap kodratNya. Allah sangat pantas mendapat pujian dari hambaNya.

Hanya rasa syukur kepada Allah yang membuat seorang hamba menjadi utuh dalam kefanaan dan dalam genggaman Keabadian Sang Khaliq.

Salam bahagia @hensa 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun