Harus segera dipadamkan secepatnya. Maka Gubernur memerintahkan untuk mengejar para buronan yang merupakan pimpinan para pemberontak tersebut.
"Kiyai apakah pesantren di sini aman-aman saja dari pengawasan para serdadu Belanda?"
"Tidak juga, mereka selalu mengawasi gerak-gerik para santri di sini. Tapi saya tidak khawatir dengan pengawasan mereka." Kata Kiyai Usman.
Memang buron-buron itu adalah para ulama yang mengasuh Padepokan atau Pesantren. Â Gerakan itu antara lain dipimpin oleh para Ulama Banten yang paling dicari oleh Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu.
Mereka antara lain Haji Abdul Karim, Haji Tubagus Ismail, Haji Marjuki, dan Haji Wasid. Diantara ulama-ulama kondang tersebut masih banyak ulama-ulama lain dari Ujung Kulon yang juga merupakan sasaran tembak Kolonial Belanda.
Kiyai Usman Bisri tidak perlu mengkhawatirkan tentang keamanan rekan-rekan sesame ulama tersebut. Karena mereka juga memiliki posisi tawar yang kuat terutama terhadap pengaruh terhadap rakyat Banten.
Pengaruhnya terhadap rakyat sangat besar karena mereka sangat dihormati. Pada acara-acara dzikir, pengajian di Masjid atau di rumah-rumah Pejabat setempat, para Ulama tersebut selalu menganjurkan tentang perlunya perang jihad terhadap Pemerintah Hindia Belanda.
Hal inilah yang membuat para Ulama menjadi Buronan Hindia Belanda yang dianggap sangat berbahaya bagi Pemerintah Belanda. Â Â
"Justru saat ini saya khawatir dengan kegiatan Gunung Rakata." Ujar Kiyai Usman Bisri.
"Benar Kiyai, Kemarin siang sudah ada letusan. Debunya saja sampai hingga Tangerang sini."
"Saya khawatir ada letusan lebih besar setelah letusan kemarin.." Kiyai Usman tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.