Spanyol adalah lawan serius di semifinal. Ini pertarungan para juara dunia yang harus memakan waktu 120 menit dengan berakhir sama kuat 1-1.Â
Lagapun akhirnya harus diselesaikan dengan adu penalti dan Italia berhasil unggul 4-2 atas Spanyol.Â
Tentu saja puncaknya di final ketika Italia mengalahkan tuan rumah Inggris 3-2 juga dengan drama adu penalti usai mereka menjalani skor 1-1 selama 120 menit.Â
Usai laga final yang impresif, Azzurri selalu menjadi salah satu pesaing kuat bagi semua tim dalam sebuah turnamen. Kemenangan di final itu adalah rekor yang mencapai 34 laga tidak terkalahkan.Â
Arsitek Italia, Roberto Mancini sudah berhasil membangun tim dengan kekuatan pemain-pemain muda yang minim pengalaman dan hanya bermain dalam kompetisi domestik Serie A.Â
Pemain seperti Federico Chiesa, Nicolo Barella, Giovani Di Lorenzo, Manuel Locatelli, Andrea Belotti dan Matteo Pessina mulai diberikan kepercayaan oleh Mancini. Mereka adalah talenta-talenta masa depan tim Biru Italia.Â
Mancini berhasil membangun mereka mampu berkolaborasi dengan pemain sarat pengalaman seperti Leonardo Bonucci, Chiellini, duo pemain Juventus. Juga Marco Verrati pemain Paris Saint Germain dan Jorginho, pemain andalan Chelsea.Â
Skuad Mancini juga memiliki kedalaman pemain pengganti yang kekuatannya merata. Hal itu terbukti ketika selama turnamen berlangsung, sudah 26 pemain yang digunakan Mancini sebagai starter.Â
Hal yang paking menyolok dari skuad Mancini ini adalah suasana kekeluargaan diantara mereka. Ini adalah sisi humanis yang jarang dimiliki oleh sebuah tim.Â
"Kekuatan terbesar tim ini bukan hanya karena talenta, namun juga sisi humanis, kegembiraan, dan kepercayaan diri," kata Roberto Mancini seperti dilansir Football Italia (16/7/21). Â
Baginya skuad asuhannya ini adalah sebuah tim yang luar biasa. Para pemain bisa tetap tersenyum dan merasakan kegembiraan, bahkan dalam momen yang punya tensi tinggi seperti adu penalti di final malam itu.Â