Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Covid 19, Ternyata "Waktu" Laksana Pedang

14 Juli 2021   07:32 Diperbarui: 14 Juli 2021   14:42 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pasien Covid 19 sedang melakukan test PCR (Foto ANTARA/Fauzan) 

Namun kabar duka harus kami terima dengan penuh kesabaran, Tante dari keluarga istri saya di Yogya dan Jakarta berpulang ke PangkuanNya setelah menderita paparan covid 19. 

Ujian demi ujian harus kita hadapi dengan penuh kesabaran dan ketabahan. Lalu jika kecemasan akhirnya hadir juga dalam hati ini, maka itu suatu hal yang sangat manusiawi. 

Kecemasan boleh saja hadir namun harus mampu dikelola dengan cerdas. Kecemasan itu satu hal yang wajar. Bahkan para pakar mengatakan bahwa adanya kecemasan merupakan hal yang positif. 

Dengan adanya rasa cemas maka akan tumbuh rasa dan sikap waspada. Paling penting menghadapi kecemasan adalah mengelolanya dengan baik menjadi hikmah dan pelajaran. 

Ada hal yang harus diperhatikan dalam menghadapi rasa cemas ini. Perasaan cemas berlebihan bisa membuat kita sakit, terutama jika terjadi secara terus menerus. 

Dijelaskan oleh HelpGuide.org (9/7/21), cemas yang terus menerus dapat menjadi penyebab insomnia atau susah tidur, ketegangan otot, sakit kepala, hingga masalah pada pencernaan. 

Tidak hanya itu, cemas yang berlebihan juga bisa menjadi gejala gangguan mental, seperti gangguan kecemasan (anxiety disorder) atau depresi. 

Menurut situs tersebut, pemecahan masalah ini harus melibatkan dan mengevaluasi situasi. Pemikiran harus datang dengan langkah-langkah konkret dalam menghadapi kecemasan. Kemudian menempatkan rencana ke dalam tindakan. 

Pada umumnya kita menghadapi kecemasan namun pada sisi lain sangat jarang mengarah pada solusinya. Alih-alih mencari solusi malah kita justru menikmati kecemasan tersebut. 

Bahkan tidak peduli berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk memikirkan skenario terburuk. Hal ini membuat kita tidak lagi siap untuk menghadapinya jika itu benar-benar terjadi. Inilah yang sangat membahayakan kondisi mental. 

Biasanya, ketika seseorang mengalami cemas berlebihan justru cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Padahal, salah satu cara untuk menghilangkan rasa cemas adalah adanya dukungan sosial dari orang terdekat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun