Gema Takbir usai Ramadan itu masih akan terus membekas dalam setiap sanubari insan yang berhasil meraih kemenangannya. Hari Lebaran adalah tuntas segala belenggu dosa dan kesalahan kepada sesama dan kepada Yang Maha Pencipta.Â
BACA JUGA : Kembali ke Fitrah, Makna Terdalam Sebuah Kemenangan
Selama bulan Ramadan itu semua ibadah dijalani dengan penuh khusyu. Penuh dedikasi yang total kepada Yang Maha Kuasa. Dikekangnya semua nafsu syahwat. Bukan hanya sekedar menahan nafsu makan dan minum saja.Â
Pengendalian dan mampu menahan diri ini adalah poin penting dalam menjalani puasa selama sebulan penuh. Faktor ini telah memampukan diri untuk melihat kehidupan yang sebenarnya.Â
Kehidupan dunia adalah kondisi obyektif saat ini yang sedang dijalani sebelum meninggalkannya menuju alam lain. Apapun isi kehidupan yang dihadapi sebelum meninggal, adalah kehidupan duniawi. Kecuali ilmu pengetahuan dan marifat serta segala ilmu akhirat.Â
Bagi yang memiliki mata hati, apa yang ada setelah kematian merupakan wahana kenikmatan. Wahana yang seringa kali terlupakan karena tertutup oleh kecintaan atas Dunia.Â
Mari mencoba untuk memahami diri di hadapanNya. Memahami kehadiran yang lahir atas kehendakNya. Tanpa Yang Maha Ada, kita tidak akan dikehendaki untuk ada.Â
Gema Takbir itu adalah wujud yang sangat nyata tentang kebesaranNya yang harus diakui dengan penuh kejujuran oleh seorang hamba. Allah Maha Besar, Maha Berkuasa atas segala sesuatu. KekuasaanNya meliputi langit dan bumi dan di antara keduanya.Â
Jika kita mampu memahami diri dengan penuh rasa jujur, maka jalan ma'rifat akan terbuka lebar langsung menuju pintu langitNya. Itu adalah jalan taqwa sebagai muara semua ibadah dalam bulan Ramadan.Â
Hamba yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya. Mereka yang mengenal perhiasan dunia dan mengenal pula akhirat, maka akan disaksikan dengan cahaya jiwa bahwa sesungguhnya kehidupan akhirat itu jauh lebih baik dari dunia.Â
Seorang hamba tidak akan mencapai kebahagiaan di akhirat kecuali dirinya mendapatkan hidayahNya. Hamba ini akan menghadap Allah dengan ma'rifat dan mahabbah kepadaNya.Â
Ma'rifat dan mahabbah tersebut tidak akan mudah dicapai kecuali dengan terus menerus mencari dan berfikir serta berdzikir penuh keikhlasan dalam pengabdian penuh seluruh jiwa.Â
Puasa di bulan Ramadan adalah momen indah ketika seorang hamba demikian dekat dan erat saling menjalin komunikasi pada setiap detiknya.Â
Bagaimana hamba yang setia, penuh dengan istiqomah menjalani puasa semata hanya untukNya. Betapa mesranya hubungan harmonis antara hamba dengan Tuhannya. Â
Inilah buah taqwa yang bisa dipetik pada akhir Ramadan. Kemudian kembali ditumbuhkan dalam jiwa-jiwa suci yang sangat memahami betapa tenteram dan damai bercengkerama bersamaNya.Â
Momen Lebaran juga selain saling memaafkan antara sesama, sejatinya adalah momen tobat total dalam sujud seorang hamba di hadapan Tuhannya.Â
Esensi tobat adalah kembali dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat menuju RumahNya. Rumah Abadi sebaik-baiknya tempat kembali untuk pulang.Â
@hensaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H