Dalam diamku yang terkatup dan tatapku yang tajam. Katakan, jiwaku melangkah masih tetap tegap, utuh seusai Ramadhan itu.Â
Biarkan semakin tulus senyumku,semakin ikhlas hatiku. Semakin ramah dan lembut tutur kataku.
Dalam diamku yang terkatup dan tatapku yang tajam. Biarkan dengan rakus detik-detikku, melahap tarik nafasku.
Biarkan irama sumbang detak jantungku. Makin lemah dan berhenti bernyanyi. Biarkan, senyum bibirku terkulum lega.
Saat kutinggalkan kefanaan. Akan kucabik pengoyak dunia yang mencoba menyuap imanku di dada.
Aku pengembara yang tak mau menunda. Perjalanan menuju ridhoNya (jikapun aku melepas dahaga maka itu hanya karena,
aku sibuk berbenah kembali jati diri agar rapi tertata).Â
Suatu hari seperti biasa, dialog hatiku berkata, aku sarapan pagi sepiring doa (Tuhan ALLAH kepadaMu hidup dan matiku).Â
Dari mana kita ada
kemana kita tiada
diantara waktu dan masa
semakin silam dan fana
pada saat itu dimana kita berada
Coba terka.
@hensaÂ
Graha Hijau 1 Syawal 1442 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H