Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Sejarah Panjang All England dan Prestasi Pebulutangkis Indonesia

19 Maret 2021   09:10 Diperbarui: 19 Maret 2021   09:25 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rudy Hartono juara 8 kali All England (Foto Minews.id) 

All England adalah turnamen tertua di Dunia sejak tahun 1899, sudah menjadi ajang yang memiliki sejarah bagi perbulutangkisan Indonesia.

Menurut situs resmi All England Badminton.com (17/3/21), turnamen ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di Guildford pada 4 April 1899.

Dua turnamen pertama All England saat itu diberi tajuk Badminton Association Tournament. Nama turnamen berlaku sampai setelah seri Piala Thomas pertama pada tahun 1949.

All England sudah menjadi Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia tidak resmi sampai tahun 1977 ketika Federasi Bulutangkis Internasional meluncurkan kejuaraan resminya.

Kejuaraan All England ini pernah dihentikan dua kali yaitu selama Perang Dunia I dari 1915 hingga 1919 dan Perang Dunia II dari 1940 hingga 1946.

Saat itu turnamen hanya mempertandingkan nomor ganda saja baik putra, putri maupun campuran. Sedangkan untuk nomor tunggal putra dan tunggal putri mulai dipertandingkan pada tahun 1900.  

Tempat penyelenggaranpun berpindah-pindah. Pada tahun 1899 hingga 1901 diselenggarakan di HQ London Scottish Regiment Drill Hall, Buckingham Gate.

Pada tahun 1902 di Crystal Palace, Sydenham, Kent. Mulai tahun 1903 hingga 1909 dilangsungkan di London Rifle Brigades City Headquarters, Bunhill Hill, London.

Sebanyak 25 kali berlangsung di The Royal Horticultural Hall, Vincent Square, London mulai 1910-1939. Tiga tahun berikutnya di Haringay Arena, London.

Empress Hall, Earls Court, London menjadi tempat berikutnya selama 7 tahun mulai 1950-1956. Baru pada tahun 1957 hingga 1993 berlangsung di Wembley Arena, London.

Pada 1994 hingga saat ini All England dilangsungkan di Barclaycard Arena dan National Indoor Arena, Birmingham.

Saat itu All England adalah turnamen yang seringkali dianggap sebagai Kejuaraan Dunia yang mempertandingkan nomor perorangan.  Untuk nomor beregu sudah ada kejuaraan Thomas Cup untuk beregu putra dan Uber Cup untuk beregu putri.

Untuk nomor beregu campuran dikenal pula Sudirman Cup yang dimulai pada tahun 1989. Kejuaraan ini mengambil nama Sudirman, sosok pebulutangkis Indonesia yang banyak jasanya bagi perbulutangkisan Dunia.

Piala Sudirman merupakan sebuah bentuk penghormatan dan apresiasi dunia untuk seorang pebulutangkis Indonesia bernama Dick Sudirman. Sudirman juga merupakan salah satu pendiri Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang terbentuk pada 5 Mei 1951.

Menurut BWFbadminton.com (17/3/21), Sudirman juga sosok yang berhasil menjadi jembatan untuk menggabungkan dua organisasi bulutangkis dunia yang pecah saat itu.

Pada tahun 1981, International Badminton Federation (IBF) dengan World Badminton Federation (WBF), kedua organisasi itu bisa disatukan dalam satu wadah menjadi BWF seperti sekarang ini.

All England pada perekembangan selanjutnya hampir selama 4 dekade sejak 1954 selalu diselenggarakan di Wembley Arena London.

Baru pada tahun 1994, Utilita Arena di Birmingham menjadi arena penyelenggaraan turnamen tersebut hingga saat ini.

Bagaimana kiprah pebulutangkis Indonesia dalam ajang All England? Indonesia baru pertama kalinya mengikuti kejuaraan ini pada tahun 1959.

Tan Joe Hok, saat itu adalah pemain Indonesia pertama yang berhasil menggondol gelar bergengsi tunggal putra pada tahun 1959.

Tunggal putra sejak pertama kali turnamen ini diselenggarakan direbut oleh pemain Inggris, Sidney Howard Smith pada tahun 1900. Saat itu memang hanya diperebutkan oleh pemain-pemain domestik.

Setelah Tan Joe Hok mengawali juara All England, rekor nomor tunggal putra selama ini dipecahkan oleh Rudy Hartono dengan berhasil merebut gelar 8 kali juara All England. Tujuh kali diantaranya diraih secara berturut-turut dari tahun 1968-1974.

Sebelumnya rekor terbanyak gelar tunggal putra dipegang oleh pemain Denmark, Erland Kops sebanyak 7 kali juara.

Dua pemain Malaysia, Wong Peng Soon dan Edy Choong, mereka masing-masing meraih 4 kali juara. Gelar tersebut diraih pada era turnamen setelah Perang Dunia kedua sejak 1950.  

Apa yang telah diraih oleh Rudy Hartono tersebut mungkin sangat sulit untuk bisa disamakan atau dipecahkan rekornya. Apalagi saat ini persaingan di tunggal putra sudah semakin merata.  

Jumlah gelar juara All England yang diraih oleh pebulutangkis Indonesia untuk tunggal putra sebanyak 15 gelar. Rudy Hartono 8 gelar. Liem Swie King 3 gelar, Hariyanto Arbi 2 gelar, Tan Joe Hok dan Ardy B Wiranata masing-masing satu gelar.

Tunggal putri 4 gelar, semuanya diraih oleh Susy Susanti pada tahun 1990-1991, 1993-1994.  

Ganda putra sebanyak 21 gelar. Ganda putri meraih hanya dua gelar melalui  Minarni Sudaryanto/Retno Koestijah (1968) dan Verawaty Fajrin/Imelda Wiguna (1979).

Ganda campuran berhasil meraih 6 gelar. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir 3 gelar, Christian Hadinata/Imelda Wiguna, Praveen Jordan/Debby Susanto, dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti masing-masing satu gelar.

Prestasi yang luar biasa dari para pahlawan bulutangkis Indonesia. Namun sangat disayangkan pada tahun 2021 ini, pebulutangis kita harus menyerah kalah oleh aturan Covid-19. Sungguh peristiwa yang menggelikan dalam dunia bulutangkis.

@hensa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun