"Kamu itu nasehatnya hanya buat cewek-cewek. Untuk orang macam aku nasehatmu tidak mempan alias mental." Suara Arga sambil cekikan.
"Kamu masih bikin laporan kegiatan bedah kemarin ya bersama dokter Ramli? Aku baru besok mengikuti operasi pasien bersama dokter Ramli." Lanjut Arga sambil pamitan.
Sempat sebelum pamit Arga berpesan agar aku harus berhati-hati dengan seseorang penghubung Mikayla yang sering datang ke Kampus ini.
Saat itu Arga tidak menyebutkan siapa penghubung itu. Namun jika yang dimaksud adalah Lorenzo Martin atau yang dikenal dengan panggilan Bos Enzo, dia sudah ditangani polisi.
Namun aku tetap harus waspada dan berhati-hati jika benar ada ancaman serius yang berkaitan dengan Mikayla.
Aku kembali melanjutkan pekerjaan membuat laporan kegiatan praktek bedah yang harus segera masuk paling lambat siang ini segera dikirm ke email dokter Ramli.
Suasana perpustakaan yang sepi terasa damai, tidak ada suara selain alunan music instrument Richard Clayderman - Ballade Pour Adeline. Dalam kedamaian itu semua laporan tuntas sudah dan segera dikirim ke surel dokter Ramli.
Aku tutup laptop kerja dan mulai bergegas meninggalkan perpustakaan. Siang ini aku punya janji dengan Mikayla untuk makan siang di sebuah caf di Jalan Riau.
Kata Mikayla ada yang ingin dibicarakan denganku entah persoalan apa. Mungkin masalah prostitusi online milik Bos Enzo yang tempo hari diciduk Kepolisian.
Kota Bandung siang ini begitu terik namun masihada angn yang berhembus sehingga masih ada rasa sejuk. Hanya membutuhkan waktu setengah jam aku sudah sampai di tempat tujuan.
"Mas Hendar!" Kayla mamanggilku sambil melambaikan tangannya. Aku menghampiri gadis cantik ini dengan disambut sebuah senyuman menawan.