Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Cinta Hitam

6 Februari 2021   16:17 Diperbarui: 13 Februari 2021   15:25 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih ingat ketika Mikayla berlari menyambutku untuk memeluk erat sekali. Saat itu gadis cantik ini baru saja terbebas dari kasus prostitusi online yang menyeretnya ke ranah hukum.

BACA JUGA : 

Imlek Bersama Senyum Mikayla

Kisah Cinta Jomblo Pesantren

Isak tangisnya tidak bisa dibendung. Aku hanya terpana tak mampu bicara sepatah katapun. Benar-benar membisu karena pelukan itu.

Seumur hidupku ini, untuk pertama kalinya aku dipeluk seorang wanita yang bukan muhrim. Maklum aku ini anak bungsu dari seorang KH Ahsan Ghufron, pemilik Pesantren Darul Madinah.

Hendarno Al Ghufron, nama bapakku melekat pada namaku. Sebagai anak pesantren tentu saja harus ingat dan patuh pada ajaran agama, tidak diperkenankan menyentuh wanita yang bukan muhrim.

Saat itu maka aku dengan halus melepaskan pelukan Mikayla sambil membujuk agar jangan menagis. Kukatakan pelan agar dirinya mensyukuri saja dengan kejadian yang amat berharga dalam hidupnya.

Sahabat Mikayla di kampus ini, mungkin hanya Tiffany yang selalu memahami latar belakangku yang sejak kecil berada di lingkungan Pesantren. Bapakku adalah pendiri dan pemilik Pesantren yang mengasuh para santri.

Bagi Tiffany, wajar jika aku tidak mengenal seluk beluk dunia "pacaran" yang memang tidak diperbolehkan di kalangan para santri. Gadis Tionghoa cantik ini juga memaklumi jika aku selalu gugup saat bergaul dengan seorang gadis.

Mungkin inilah yang membuat aku masih juga belum menemukan dambaan hatiku. Ada dua sahabatku, Fadli dan Arga yang sering mengolok-olokku agar secepatnya aku memiliki calon istri sebelum wisuda dokter spesialis bedahku digelar. Agar dalam upacara wisuda itu ada pendamping. Masa masih jomlo terus, kata mereka.

Aku mencoba merenung dengan ke "jomlo" anku ini. Benar juga sih apa yang dikatakan Fadli dan Arga. Tapi siapa gadis yang cocok buatku?

Anissa Humaira, putri Habib Abi? Annisa adalah putri bungsu dari sahabat Bapak bernama Habib Abi, seorang ulama kharismatik yang cukup dikenal di kotaku.

Bapak dan Habib Abi pernah sama-sama berguru di Ponorogo dan Jombang, karena itu mereka bersahabat seperti layaknya saudara kandung saja.

Annisa memang cantik, seorang wanita cerdas dengan karakter muslimah yang selalu menerapkan ajaran agama. Namun selama ini aku hanya menganggapnya sebagai seorang adik saja.

Lalu siapa? Apakah Mikayla Angela? Jujur untuk wanita yang satu ini bagiku, Kayla sudah benar-benar mempesonaku. Jatuh cinta pada pandangan pertama berlanjut dengan rasa empati yang sangat dalam dengan masa lalunya.

Mikayla sosok wanita cantik yang pernah terperosok ke dalam jurang kemaksiatan hanya karena sakit hati dan balas dendam. Trauma masa lalu yang butuh penyembuhan.

Anehnya justru aku menginginkan dirinya menjadi pendamping hidupku. Apalagi beberapa fakta tentang pengakuannya dan kejujurannya padaku.

"Mas Hen. Wanita semacamku ini adalah wanita kotor yang tidak layak dicintai. Aku tidak berharap banyak ada lelaki yang bisa mencintaiku." Suatu hari kata Kayla dalam suatu perbincangan pada sore yang sejuk itu di rumah kostnya.

"Kayla. Di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Bahkan seorang Nabipun tidak sempurna karena yang paling sempuran itu hanya Tuhan." Kataku berfilosofi. Aku melihat Mikayla tersenyum damai.

"Mas. Kamu itu selalu membuatku merasa damai. Tutur kata yang keluar dari bibirmu seakan semuanya adalah hikmah terbaik untukku." Kata Kayla sambil menatapku tak berkedip. Tatapan dari sepasang mata yang indah yang mengharapkan cinta masa depannya bisa terwujud.

"Mas Hen, terimakasih ya sudah mau berteman denganku. Aku merasakan rasa nyaman selalu berada di sisimu. Aku selalu berharap Mas Hendar masih terus mau membimbingku menuju kepada kebaikan," kata Mikayla dengan suara pelan sekali. Kini tatapan mata indahnya mulai berkaca-kaca karena rasa haru dalam hatinya.

Aku masih ingat momen tersebut dan aku memberanikan diri mengusap titik air mata yang mengalir di pipinya. Akupun saat itu menatap sambil membisikan kata-kata semangat kepada Mikayla.

Banyak momen lain yang menunjukkan bahwa Mikayla benar-benar sangat nyaman bersamaku pada setiap kesempatan. Ketika Kayla ada bersamaku, terlihat dirinya begitu hangat dan ceria.

Bahkan Tiffany pernah pula bercerita bahwa sahabatnya kini sudah menemukan jalan baru yang mencerahkan. Tentu saja Tiffany sangat bahagia karena selama ini hanya mendung yang mengurungnya dalam penderitaan yang tragis.

Apakah benar aku sudah mencintai Mikayla. Apakah juga benar Mikayla sudah mulai mencintaiku?

Jika benar bahwa cinta itu sudah ada yang berasal dari dua insan yang berbeda religi dan tradisi, lalu apa namanya cinta yang terbentuk tersebut?

Apakah bisa disebut cinta hitam, yaitu cinta yang masih memiliki kegelapan yang sulit diraba?  Entahlah.

@hensa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun