Tiga pemain dirotasi di lini belakang dengan menurunkan Neco Williams untuk posisi Alexander Arnold yang cedera.Â
Rhys Williams untuk bek tengah dan Tsimikas untuk bek kiri yang biasa ditugaskan kepada Robertson. Divock Origi di lini depan menemani Mohamed Salah dan Sadio Mane.
Komposisi tersebut ternyata menjadi bumerang sebagai penyebab kekalahan dari Atalanta. Lini depan Liverpool begitu tumpul. Â Selama laga hanya ada 4 tembakan ke gawang Atalanta dan tidak satupun tepat sasaran.
Untuk pertama kalinya Liverpool gagal melakukan satu tembakan tepat sasaran dalam pertandingan kandang mereka di kompetisi Liga Champions.
Full back Liverpool baik Neco maupun Tsimikas tidak mampu memberikan crossing sebaik seperti yang dilakukan oleh Arnold dan Robertson. Inilah salah satu sebab lini depan Liverpool tidak mendapat dukungan dari sisi sayap.
Perubahan komposisi starter dari kemenangan hari Minggu atas Leicester dengan  mengganti tiga dari empat lini belakang Liverpool, mengakibatkan berkurangnya kohesi dan ritme permainan.
Kendati begitu, Klopp merasa tidak kapok untuk melakukan rotasi seperti itu. Karena hal tersebut adalah kebutuhan tim dalam menghadapi jadwal yang padat.Â
Bayangkan dalam sepekan harus melakukan dua hingga tiga laga dengan hanya mendapatkan waktu istirahat 2 hari. Pergantian pemain dalam satu laga hanya untuk tiga pemain.Â
Liverpool kalah dalam pertandingan kandang kompetitif dengan selisih lebih dari satu gol untuk pertama kalinya dalam 137 pertandingan di Anfield di bawah pelatih Klopp.Â
Kekalahan terberat mereka sejak Agustus 2015 di Liga Premier yaitu ketika kalah 0-3 melawan West Ham di bawah pelatih Brendan Rodgers.
Walaupun kalah dari Atalanta, Liverpool masih memimpin grup D dengan 9 poin. Pada posisi kedua ditempati Ajax dan Atalanta masing-masing dengan 7 poin.Â