Pertanyaan tersebut patut diapungkan sehubungan dengan posisi Manchester United yang masih terpuruk di dasar klasemen. Pada matchweek 8 Setan Merah masih berada pada posisi 14 dalam klasemen sementara Premier League dengan 10 poin.
Tentu saja posisi tersebut menjadi banyak dipertanyakan oleh para penggemar Setan Merah. Terutama sorotan khusus ditujukkan kepada manajer mereka, Ole Gunnar Solskjaer.
Pelatih asal Norwegia ini pada musim lalu sedang naik daun ketika membawa Manchester United lolos ke Liga Champions menyusul akhir musim 2019/20 yang berhasil masuk peringkat ke-3 di bawah Liverpool dan City.
Terseok-seok di Liga Premier dan terhuyung-huyung karena kekalahan memalukan dari Istanbul Basaksehir, Ole menerima berbagai kecaman dari para penggemar fanatic Setan Merah termasuk para legenda mereka seperti Gary Neville dan Roy Keane.
Kendati dalam laga fase grup di Liga Champions sebelumnya telah memberikan performa mengesankan saat mereka mengalahkan Paris Saint-Germain dan RB Leipzig. Namun tidak bisa menutup kekecewaan akibat kekalahan dari klub Turki tersebut.
Akibat performa yang tidak stabil dari skuad United ini, Ole terancam dipecat dari posisinya sebagai manajer. Tagar "Ole Out" menghiasa dunia medsos di Inggris terutama disampaikan oleh para penggemar fanatic Setan Merah.
Untungnya dalam pekan ke-8, United berhasil kembali ke jalur kemenangan ketika mereka mengalahkan Everton di kandangnya, Goodison Park, Sabtu (7/11). Dua gol Bruno Fernandes dan sebuah gol Edinson Cavani menghiasai papan skor stadion.
Manchester United seharusnya mengawali musim ini dengan penampilan bagus. Setelah 8 laga ini, mereka seharusnya membangun lonjakan akhir yang memastikan finis empat besar.
Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mereka membuat start terburuk sejak era David Moyes, dan start terburuk di Old Trafford dalam hampir setengah abad. Bayangkan dari 8 laga, mereka hanya berhasil mengumpulkan 10 poin dari 3 laga menang dan satu laga seri.
Banyak pengamat beranggapan,bahwa Ole tidak bisa memaksimalkan peran lini tengah United yang saat ini banyak dihuni oleh para pemain berkualitas. Lihat saja di sana ada Bruno Fernandes, Paul Pogba, Fred, Scott McTominay dan Nemanja Matic dan Donny van de Beek.
Dengan gelandang berkualitas seperti mereka, wajar Ole kesulitan menentukan pilihan. Donny van de Beek, pemain muda berbakat 23 tahun asal Belanda yang direkrut dari Ajax menjadi korban karena harus kalah bersaing dengan para seniornya.
Van de Beek menyelesaikan kepindahan dengan transfer 35,7 juta pounds dari Ajax ke Old Trafford di musim panas lalu, tetapi gelandang itu hanya membuat empat starter bersama skuad United pada musim ini di semua kompetisi.
Namun Pelatih kepala Timnas Belanda Frank de Boer menegaskan dia tidak khawatir Donny van de Beek berada di pinggiran lapangan dalam skuad Manchester United.
De Boer ditanya apakah Van de Beek membutuhkan lengan di pundaknya, dan dia berkata: "Saya tidak bisa memeluknya sekarang tentu saja. Saya mencoba memberinya kepercayaan sebanyak mungkin, yang saya tunjukkan dengan memulai dia melawan Italia. Saya senang dia sudah cukup istirahat. Kita bisa memanfaatkannya di sini." Kata De Boer seperti dilansir Skysports.com (11/11/20).
Van de Beek dinilainya sudah melakukan pertandingan bersama United dengan baik. Jika dia masih belum sepenuhnya ditampilkan sejak awal menjadi starter, maka itu karena diposisinya masih banyak para senior gelandang United seperti Paul Pogba dan Bruno Fernandes.
Diantara para gelandang kelas satu yang menumpuk di skuad United, yang paling menjadi perhatian adalah menurunnya peran Paul Pogba. Dibandingkan dengan performa Fernandes yang sangat berkontribusi nyata, Pogba bermain seadanya dan sering dijadikan sebagai pemain pengganti di babak kedua.
Peran Bruno sebagai gelandang serang semakin dirasakan oleh Manchester United dan ini menyebabkan Paul Pogba harus bergeser peran menjadi gelandang bertahan. Fernandes sangat baik diposisinya, selain mampu menyerang, diapun mampu bertahan dengan baik.
Pada saat Pogba ada diposisi tersebut, dia sangat lemah dalam menjaga area bertahannya. Bahkan dalam laga terakhir sebelum jeda International, Pogba justru di plot menjadi pemain sayap menggantikan Juan Mata.
Pogba tidak tampil dalam dua pertandingan terakhir United dan dia hanya tampil 11 kali musim ini, memicu spekulasi tentang masa depan pemenang Piala Dunia itu di Old Trafford.
Ole Gunnar Solskjaer harus berani memutuskan dengan cerdas dan bijak. Bagaimana sebaiknya memposisikan Pogba. Ataukah justru lebih baik mulai berfikir, inilah saatnya Paul Pogba dilepas di bursa transfer musim dingin pada Januari 2021.
Salam hangat dan sehat selalu @hensa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H