Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kisah Cinta Jomlo Pesantren (1)

9 November 2020   15:43 Diperbarui: 25 Januari 2021   14:21 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dasar Anak Jomlo!" Fadli mulai nyerempet-nyerempet statusku sebagai anak jomlo yang polos. 

Di kalangan teman-temanku, aku memang dikenal sebagai pemuda jomlo yang polos. Sejak SMA hingga saat ini mau meraih gelar dokter spesialis, aku masih betah menyendiri. Sementara teman-temanku banyak yang sudah berumah tangga atau paling tidak mereka memiliki calon istri. 

Fadli sangat antusias sekali mendorongku untuk segera mendapatkan calon pendamping. Ketika aku bercerita tentang seorang gadis yang sering bertemu di Halte depan Kampus itu, Fadli selalu memberiku spirit. 

Selama ini aku memang hampir tidak pernah bercerita tentang seorang gadis. Bagi Fadli, sahabat karibku, ini suatu kemajuan luar biasa jika saat ini aku sering membicarakan gadis itu. 

"Hen nanti kalau kamu ketemu dia lagi. Berani dong menyapanya. Kenalan siapa tahu gadis itu adalah jodohmu." Suara Fadli mengingatkanku. Aku hanya mengangguk sambil tertawa sumbang. 

Fadli selalu memahami latar belakangku yang sejak kecil berada di lingkungan Pesantren. Bapakku, KH Ahsan Ghufron adalah pendiri dan pemilik Pesantren Darul Madinah yang mengasuh para santri. 

Bagi Fadli, wajar jika aku tidak mengenal seluk beluk dunia "pacaran" yang memang tidak diperbolehkan di kalangan para santri. Fadli juga memaklumi jika aku selalu gugup saat bergaul dengan seorang gadis. 

Tapi bicara seorang gadis, aku pernah mengenal seorang bernama Raina. Dia adalah teman SMP yang pertamakali membuatku jatuh cinta. Mungkin karena masih anak-anak kisah itu hanya sekedar cinta monyet saja. Raina sendiri saat ini entah dimana karena saat masuk SMA, gadis itu pindah ke Kota lain mengikuti tugas dinas orang tuanya yang menjabat sebagai Petinggi Kepolisian. 

Sore itu aku harus berlari mencari tempat berteduh karena hujan deras. Tempat terdekat adalah halte depan kampus itu. Ada beberapa orang yang berteduh di halte itu. Kebanyakan mereka adalah para mahasiswa yang menunggu Bis Trans Kota. Aku membetulkan letak jaketku yang sedikit basah oleh air hujan. 

Tiba-tiba aku melihat sebuah sedan hitam merk Eropa mendekat ke halte. Seseorang berlari dari mobil tersebut dengan payungnya menjemput Gadis yang ada di halte. Aku terkejut gadis itu ternyata dia. 

Belum sempat aku menyapanya walaupun hanya sekeder ber "hai", gadis itu sudah berlalu bersama lelaki berpayung itu. Sedan hitam itupun berlalu menembus derasnya air hujan. Sementara aku masih berdiri di halte ini kedinginan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun