Pada Kamis pagi ini, aku tidak melihat Listya mengikuti kuliahku, tidak ada kabar sama sekali baik lewat temannya, maupun pesan dari ponselnya.
Apa yang terjadi dengan Listya? Aku benar-benar sangat menghawatirkannya. Saat ini kekhawatiranku tertuju kepada keadaan kesehatan Rizal, suaminya. Semoga saja mereka baik baik dan selalu dalam lindungan Allah.
Namun pada pekan berikutnya, Listya sudah mulai mengikuti kuliahku lagi. Pada akhir kuliahku tadi Listya tidak sempat berbincang dan hanya berpamitan kepadaku karena ada urusan penting.
Sempat pula Listya akhirnya mengirim permintaan maaf melalui pesan pendek ponselnya karena absen Kamis yang lalu tidak masuk dalam kelas mata kuliah Manajemen Farmasi. Walaupun aku kecewa tidak sempat ngobrol tapi paling tidak kerinduanku melihat wajah Listya sudah terobati.
Esoknya ketika aku mengisi kuliah Semester Lima Mahasiswa S1, sebuah pesan dari Listya masuk ke ponselku. Â Isinya mengabari, apakah aku punya waktu untuk bertemu seusai kuliah Farmakoterapi Terapan dari Dr Fadliansyah, M.Sc. Aku setuju bertemu Listya dengan membalas pesan tersebut. Â
Ruang tempat kerjaku terasa sunyi tak ada suara kecuali isak tangis Listya. Sementara aku hanya bisa membisu tak ada kata yang mampu untuk menghentikan isak tangis Listya.
Wanita cantik ini menangis tersedu setelah bercerita penuh dengan haru. Aku yang duduk tepat dihadapannya hanya mampu terdiam menyatu dalam kesunyian.
Sudah seminggu ini, Rizal, suami Listya dalam keadaan koma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H