Satu semester terasa begitu cepat. Mata kuliah yang kuberikan untuk Program Studi Profesi Apoteker dalam semester pertama ini adalah Manajemen Farmasi, disampaikan setiap Kamis pagi.
Sudah pasti setiap sesi kuliah itu aku selalu bertemu Listya. Uniknya setiap mengikuti kuliahku, Listya selalu duduk dibarisan kedua sebelah kanan.
Kadang-kadang aku sesekali mencuri pandang pada saat aku sedang memberikan presentasi mata kuliahku.
Sudah pasti setiap Kamis adalah hari yang selalu paling aku tunggu. Paling tidak dalam satu semester ini ada sekitar 16 sampai 18 hari Kamis. Ini artinya sebanyak itu pula aku bisa berjumpa Listya.
Daisy Listya memang wanita yang diciptakan Allah dengan aura kecantikan yang luhur karena dibalut dengan karakter mulia. Tidak ada lagi yang harus kuragukan tentang itu.Â
Seusai kuliah pagi itu, aku sempat berbincang dengan Listya di Ruang Kelas. Â Sementara itu Audray Lin yang biasanya nimbrung, kali ini pamit duluan karena mendadak mendapat telpon dari Tantenya.
"Listya bagaimana kabar kesehatan Mas Rizal?" kataku membuka pembicaraan menanyakan kesehatan suaminya yang sedang menderita gagal ginjal.
"Alhamdulillah baik Pak, hanya saja tetap harus melakukan cuci darah dua hari sekali. Sebenarnya dokter menyarankan operasi cangkok ginjal," kata Listya dengan wajah yang kelihatan murung memikirkan kesehatan suami tercinta.
"Apakah Mas Rizal ada keinginan untuk transplantasi ginjal?" tanyaku hati-hati.
"Beberapa hari ini keluarga juga mengharapkan agar Mas Rizal mau melakukan transplantasi ginjal. Namun Mas Rizal masih belum menjawab dengan pasti," suara Listya penuh keprihatinan.