Menyikapi kekalahan ini Jose Mourinho justru menyalahkan para pemainnya. Satu hal yang sangat tabu bagi seorang pelatih membebankan tanggung jawab kekalahan.Â
Laga perdana Tottenham Hotspur menghadapi tim asuhan Carlo Ancelotti, Everton harus berakhir pahit.Â
Jose Mourinho mengawali musim baru Premier League ini dengan kekalahan dalam laga Super Sunday, Minggu (13/9/20).
Tottenham Hotspur Stadium, London harus menjadi saksi bisu gol tunggal pemain Everton, Calvert-Lewin ke gawang Hugo Lloris.
Momen yang menentukan itu datang di menit ke-55, ketika Calvert-Lewin dengan cerdas menyundul bola dari umpan tendangan bebas Lucas Digne.
Sundulannya mengenai sudut kiri atas gawang yang dikawal oleh Hugo Lloris.
Itu adalah sundulan kepala yang luar biasa dari Calvert-Lewin untuk memberi Everton kemenangan tandang pertama mereka.
Satu gol ini sudah cukup untuk mengamankan kemenangan liga pertama Everton atas Spurs sejak Desember 2012.
Menyikapi kekalahan ini Jose Mourinho justru menyalahkan para pemainnya. Satu hal yang sangat tabu bagi seorang pelatih membebankan tanggung jawab kekalahan.
Bagi Jose Mourinho, ini adalah kekalahan laga dihari pembukaan pertamanya sejak dirinya mengasuh tim-tim Inggris pada ajang Premier League.
Mourinho setelah kekalahan 1-0 dari Everton tersebut memberikan komentar seperti dilansir Sky Sports.com (13/9/20) : "Tekanan malas. Tekanan malas di depan, itulah yang saya katakan, dan itu menciptakan situasi yang tidak seimbang untuk anggota tim lainnya."
Manajer asal Portugal ini mengkritik para pemainnya karena "malas menekan" dan mempertanyakan kebugaran mereka.
Spurs mencatatkan performa mereka hanya sembilan tekel terhadap skuad Everton. Bahkan Harry Kane hanya menyentuh bola dua kali di kotak penalti Everton.
Mourinho tidak bisa menyembunyikan kekesalannya dengan penampilan tersebut. Â Dia sangat menyoroti kurangnya intensitas timnya tanpa bola di sepertiga akhir laga sebagai biang keladi kekalahan tersebut.
Everton cukup kuat untuk mengimbangi pasukan London ini. Terbukti mereka mampu meraih penguasaan bola hingga 48 persen. Menciptakan 15 tembakan dan 4 tembakan on target. Satu sasarannya menjadi gol.
Bandingkan, tuan rumah Spurs hanya memiliki 9 tembakan dan 5 tembakan diantaranya tepat sasaran kendati tidak menghasilkan gol.
Menurut Premierleague.com (13/9/20), sebenarnya dari segi sejarah pertemuan mereka, Spurs jauh lebih unggul.Â
Mereka memenangkan 27 laga sedangkan Everton hanya 9 laga. Sisanya mereka bermain seri.
Mourinho kembali menyoroti performa skuad asuhannya terutama tidak adanya pressing di depan. Hal ini membuat kerepotan lini tengah dan belakang.
Skuad Spurs seakan membiarkan lawan membangun dari belakang dan kemudian mereka memiliki pemain dengan kualitas luar biasa.Â
Hal ini yang membuat skuad Biru asuhan Ancelotti itu bermain begitu nyaman, penuh percaya diri.
Ada beberapa pemain yang sedang tidak fit. Misalnya Matt Doherty bagaimana dia berjuang untuk bermain dengan cara dia bermain.Â
Namun dia belum cukup untuk memberikan penampilan maksimal. Harry Kane sendiri masih belum terlihat bugar di tengah pandemi vicod 19 ini.Â
Selain terbatasnya skuad ada pemain kunci seperti Moussa Sissoko yang masih terdera oleh cedera.Â
Dele Alli berusaha dicambuk di babak pertama oleh Mourinho. Â Dia ditempatkan di belakang Harry Kane dalam formasi 4-2-3-1.Â
Namun masih belum memuaskan penampilannya. Pemain ini masih belum menemukan permainan terbaiknya lagi.
Sebenarnya kedua tim bermain relatif seimbang. Beberapa peluang kedua tim saling bergantian.
Richarlison melewatkan peluang terbaik Everton di babak pertama ketika ia melepaskan tembakan dari sudut sempit. Â
Sementara itu Jordan Pickford harus menyelamatkan tembakan dari gelandang Spurs, Dele Alli dan pemain debutan Matt Doherty pada kesempatan lainnya.
Sebenarnya Mourinho sangat memahami taktik Everton. Menurutnya mereka bermain hanya dengan satu poros.
Allan berada di posisi itu dengan Andre Gomes, Â Sedangkan Doucoure menekan tinggi untuk membantu penyerangan. Formasi 4-3-3 Ancelotti yang sangat dipahami oleh Mourinho.
Ada banyak ruang di balik tekanan ini, ada banyak ruang untuk bermain di belakang di area ini. Harusnya bisa dimanfaatkan skuad Mourinho.
Namun Mourinho sangat membutuhkan lebih banyak penekanan di sana. Ini yang tidak bisa dilakukan oleh pemain asuhannya.
Pada akhir laga, Mourinho mngucapkan selamat kepada Carlo Ancelotti. Mereka layak memenangkan laga ini karena bermain dengan disiplin tinggi.
Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh skuad Spurs. Terutama peningkatan kebugaran menuju level mereka yang sebenarnya.Â
Laga-laga di depan akan semakin tinggi intensitas pertandingannya.
Salam hangat dan sehat selalu @hensa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H