Ketika mendengar kabar bakal ada Reuni Akbar SMA, aku seperti ingin berteriak gembira. Bukan apa-apa, jika benar Reuni itu terlaksana maka aku sangat berharap bertemu dengan Intan Permatasari.
Tiga Puluh Sembilan tahun yang lalu sejak lepas dari SMA sebuah Kota kecil di lereng Gunung Ciremai, aku sudah tidak pernah bertemu dengan Intan. Tidak terasa sudah hampir empat dasa warsa aku meninggalkan Kota kelahiranku.
Selama itu hanya pada saat Hari Lebaran saja aku menyempatkan berkunjung ke sana sekedar untuk bersilaturahmi dengan para kerabat dari Ibuku.
Pada saat Lebaran itu kadang-kadang aku sempat bertemu juga dengan teman dan sahabat lama baik saat SMP maupun SMA.Â
Namun selama itu pula aku belum pernah sekalipun berjumpa lagi dengan Intan Permatasari.
Sempat suatu hari saat mudik Lebaran tiga tahun yang lalu aku mendengar kabar tentang Intan. Ketika itu aku bertemu dengan Diana teman sebangkunya saat SMA dulu.
"Hensa bagaimana kabarmu?" Tanya Diana.
"Alhamdulillah baik. Diana, sungguh kamu terlihat awet muda. Kamu masih kelihatan cantik," kataku.Â
Diana hanya tertawa mendengar pujianku. Mungkin maklum karena dulu aku terkenal sebagai pria perayu ulung.
"Hensa tahun lalu aku bertemu dengan Intan lho," kata Diana.