Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Hijriah di Tengah Pandemi Coronavirus

20 Agustus 2020   13:33 Diperbarui: 20 Agustus 2020   17:24 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bulan Hijriah dimulai pada awal siklus bulan baru. Jumlah hari dalam setiap bulan kalender Hijriah berbeda-beda sesuai dengan kemajuan bulan mengelilingi bumi.

Lamanya setiap bulan adalah 29 sampai 30 hari, kecuali bulan Dzulhijjah. Jumlah hari dalam bulan Dzulhijjah bervariasi berdasarkan siklus 30 tahun, artinya penanggalan Hijriah berfluktuasi sesuai dengan pergerakan jangka panjang bulan mengelilingi bumi.

Dengan berlakunya tahun hijrah ini maka tanggal aktivitas keagamaan tahunan yang diwajibkan oleh Allah bagi umat Islam, seperti haji dan puasa, ditandai dalam kalender Hijriah.

Makna Hijriah Ditengah Pandemi

Mari kita lupakan saja slogan yang hampa arti. Kita saat ini tengah menghadapi pandemic virus corona. Apa yang seharusnya kita lakukan menghadapi wabah ini.

Apakah makna hijriah bisa digunakan dalam menghadapi pandemic ini? Jawabannya tergantung dari masing-masing pribadi.

Namun demikian setiap orang saat ini tidak bisa menghindar dari kenyataan yang ada bahwa pandemic masih hadir ditengah-tengah kita.

Menghadapi kenyataan tersebut tidak ada cara lain kecuali dengan mengedepankan tanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.

Ada fenomena baru yang harus disikapi dengan baik ketika pandemic ini harus diterima ditengah kita. Fenomena itu adalah cara hidup baru yang harus diterima dalam keseharian.

Cara hidup dengan kebiasaan baru itu adalah, menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Begitu sederhana, tetapi dalam praktek di lapangan betapa sulitnya menerapkan kebiasaan baru tersebut.

Dalam setiap kejadian yang menimpa kita, Tuhan tidak akan memberikan cobaan kecuali sesuai dengan kadar kemampuan kita. Benar dan itu sudah jelas dan pasti. Kesulitannya adalah bagaimana kita menyikapi dengan baik cobaan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun