Bioetanol dari Tetes Tebu
Tebu merupakan salah satu bahan baku potensial untuk bioetanol dibandingkan dengan jenis tanaman yang lain.Â
Kajian pustaka menyebutkan bahwa batang tebu mengandung air sebesar 73-76%, bahan padat total sebesar 24-27% padatan  terlarut sebesar 10-16% dan serat kering sebesar 11-16%.Â
Bahan padatan terlarut mengandung gula sebesar 75-92% yang merupakan gula yang mudah difermentasi (fermentable sugar) sehingga dalam proses pengolahan selanjutnya menjadi bioetanol tidak lagi memerlukan perlakuan pendahuluan.
Bioetanol adalah nama populer yang dikenal di masyarakat akhir akhir ini merupakan jenis alkohol atau etanol yang dihasilkan melalui proses fermentasi.Â
Bioetanol dihasilkan dari fermentasi gula monosakarida oleh khamir. Bahan baku untuk pembuatan bioetanol adalah bahan yang mengandung gula seperti nira tebu, molasses (tetes tebu), nira sorghum manis dan bahan berpati seperti jagung, gandum, biji sorgum, ubi kayu.
Proses fermentasi gula menjadi bioetanol biasanya menggunakan khamir (yeast) sebagai katalis biologis. Salah satu jenis khamir yang digunakan dalam fermentasi etanol adalah Saccharomyces cereviseae.
Fermentasi etanol dengan menggunakan khamir Saccharomyces cereviseae, kandungan awal gulanya dalam media fermentasi berkisar antara 14-16 persen dengan etanol yang dihasilkan berkisar antara 6,5 - 8%. Â
Di Indonesia pada umumnya memiliki kadar etanol dalam media hasil fermentasi berkisar antara 8 - 10% (v/v).Â
Memperhatikan komposisi tetes tebu, maka disamping mengandung gula sebagai sumber karbon juga mengandung beberapa mineral esensial bagi pertumbuhan mikroorganisme seperti Magnesium, fosfat, nitrogen, kalium dan sulfur.Â
Karbon diperlukan oleh khamir sebagai sumber enersi disamping beberapa senyawa organik lainnya seperti kalium akan mendorong konsumsi substrat lebih optimal sehingga kebutuhan enersi terpenuhi.Â