Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ini Masukan Muhammadiyah dan PGI pada Konsep New Normal

8 Juni 2020   20:32 Diperbarui: 9 Juni 2020   05:26 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakta yang terjadi di masyarakat sendiri pada umumnya mereka masih kerap melakukan tindakan yang melanggar protokol kesehatan covid 19 seperti tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak. 

Jika hal ini dibiarkan tanpa ada edukasi yang terus menerus maka sangat membahayakan adanya ancaman serangan virus corona gelombang kedua. 

Konsep New Normal yang dicanangkan Pemerintah dalam beberapa hari ini mendapat tanggapan dari organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah dan PGI, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin). 

Tanggapan tersebut disampaikan dalam acara Webinar dengan tema Tata Hidup Baru Perspektif Agama-agama, pada Senin (8/6/20). 

Pemerintah sebaiknya mendengarkan apa yang dikemukakan Tokoh-tokoh dari organisasi Agama itu dalam acara Webinar di atas.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah diwakili Sekretaris umumnya, Abdul Mu'ti menyatakan pihaknya tidak setuju dengan konsep tatanan hidup baru atau new normal. 

Jika program new normal itu dilaksanakan di tengah pandemi virus corona yang masih tinggi paparannya.

Konsep new normal harus dipersiapkan dengan tahapan jelas. Salah satunya adalah paparan pandemi coronavirus harus grafiknya menurun.

Menurutnya Mu'ti, konsep new normal akan menjadi problematik bila tidak memiliki ukuran yang jelas terkait derajat 'normalitas' di tengah pandemi corona saat ini.

Pendapatnya tentang derajat kenormalan baru itu sebenarnya proses adaptasi atau transisi. Masyarakat butuh adaptasi kebiasaan baru. 

Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Jacky Manuputty, Sekertaris Umum (Sekum) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI).

Jacky Manuputty berpendapat bahwa masyarakat saat ini belum mencapai kondisi yang ideal untuk memulai fase tatanan normal baru atau new normal di tengah pandemi virus corona (Covid-19). 

"Kita katakan bahwa saat ini kami belum melihat kita telah mencapai normal baru," kata Jacky seperti dilansir CNNIndonesia.com (8/6/20). 

PGI sejauh ini sudah mengimbau kepada seluruh masyarakat dan umat Kristiani pada khususnya. Agar mereka mematuhi protokol kesehatan dalam beraktivitas. Juga meminta masyarakat tetap menjaga jarak saat beraktivitas.

Sementara itu Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Budi Tanuwibowo mengingatkan pemerintah terkait ancaman gelombang kedua penularan virus corona (Covid-19) saat memasuki fase new normal. 

"Kalaupun ada daerah yang sudah landai, saya perlu ingatkan hati-hati gelombang kedua penularan corona," kata Budi dalam Webinar tersebut. 

Kekhawatiran ini sangat beralasan mengingat masih banyak masyarakat kita yang masih rendah taat pada protokol kesehatan yang berlaku. 

Pendapat dan masukan yang sangat penting dari para Tokoh-tokoh Agama tersebut harus menjadi catatan penting Pemerintah. 

Kiprah para Tokoh Agama juga sangat diharapkan menjadi katalisator bagi umatnya dalam memahami konsep new normal yang dicanangkan Pemerintah.

Presiden Jokowi sendiri mewacanakan konsep new normal dengan memberlakukan pengawasan protokol kesehatan yang sangat  ketat. 

Demikian pula diperlukan upaya yang intensif dalam memberikan edukasi yang terus menerus kepada masyarakat. Pentingnya sosialisai tersebut agar masyarakat dapat menjalankan adaptasi kehidupan normal baru dengan baik. 

Memang salah satu prasyarat untuk memulai tahapan new normal harus dipandang dari fakta aspek kesehatan. 

Fase new normal bisa diterapkan bila syarat kurva pandemi virus corona sudah menurun dan melandai. Namun di Indonesia, hingga saat ini belum ada data penurunan tersebut.

Demikian pula untuk memasuki fase new normal masyarakat harus bisa beradaptasi dengan penerapan yang taat pada protokol kesehatan menurut stndar WHO. 

Jika ini dapat diterapkan dengan cerdas oleh masyarakat maka penanggulangan virus corona oleh pemerintah bisa berjalan secara linier dan mengarah pada kemajuan yang berarti.

Fakta yang terjadi di masyarakat sendiri pada umumnya mereka masih kerap melakukan tindakan yang melanggar protokol kesehatan covid 19 seperti tidak menggunakan masker dan tidak menjaga jarak. 

Jika hal ini dibiarkan tanpa ada edukasi yang terus menerus maka sangat membahayakn adanya ancaman serangan virus corona gelombang kedua. 

Salam sehat selalu @hensa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun