Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Unjuk Rasa Kematian George Floyd, Kerusuhan dan Penjarahan Semakin Brutal

4 Juni 2020   05:39 Diperbarui: 4 Juni 2020   06:07 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan unjuk rasa kematian George Floyd di Amerika Serikat (AP Photo/Evan Vucci) 

Unjuk rasa yang semakin tidak terkendali ini tentu sangat merugikan Donald Trump dalam menghadapi Pemilihan Presiden November ini, dimana Trump kembali mencalonkan diri. 

Berita hangat yang terus beredar di hampir media seluruh Dunia adalah kasus kematian George Floyd. Kabar terbaru adalah Jaksa pada hari Rabu lalu memperluas tuntutannya atas kasus mereka terhadap polisi yang berada di lokasi kematian George Floyd. 

Tuduhan paling serius diajukan kepada Derek Chauvin, yang tertangkap basah menangani Floyd yang diborgol memicu protes di seluruh dunia. Tiga petugas lainnya - Thomas Lane, J. Kueng dan Tou Thao - dituduh membantu dan bersekongkol dengan pembunuhan tingkat dua. Keempatnya dipecat minggu lalu.

"Kami di sini hari ini karena George Floyd tidak di sini. Dia harusnya ada di sini. Dia harus hidup, tetapi ternyata tidak." Demikian kata Jaksa Agung Minnesota Keith Ellison dalam mengumumkan dakwaan itu seperti dilansir CBC.ca (3/6/20).  

Kasus ini mengemuka berawal dari sebuah video menjadi viral yang menunjukkan kematian George Floyd telah memicu kemarahan di seluruh dunia terhadap kebrutalan dan diskriminasi dari seorang  oknum polisi. 

Saat ini keadaan justru semakin panas dengan unjuk rasa sipil yang semakin meluas di semua negara bagian Amerika Serikat. Hal ini jika dibiarkan maka semakin tidak terkendali. 

Para demonstran semakin brutal membuat kerusuhan dan melakukan sejumlah aksi penjarahan. Sasaran mereka apa saja yang dilewati massa, termasuk dealer mobil mewah. 

Seperti penjarahan yang terjadi di San Leandro, salah satu kota pinggiran terbesar di Alameda. Mereka, para perusuh itu beraksi dengan menjarah mobil mewah.

Para perusuh tersebut menerobos masuk ke  dealer Fiat Chrysler Automobiles (FCA) usai memecahkan kaca lantas membawa pergi hasil jarahan mereka, Jeep Grand Cherokee, muscle car Dodge Challenger Hellcats dan Dodge Charger Widebody. 

Menurut CBSnews.com (30/5/20), Pemilik dealer San Leandro Chrysler Dodge Jeep Ram, Carlos Hidalgo, mengungkapkan lebih dari 50 unit mobil dicuri di tengah aksi penjarahan yang tersebar luas di Alameda dan bagian lain di Amerika Serikat.

Hidalgo menyebut mobil yang dicuri berasal dari ruang pamer dan parkiran. Mobil yang dicuri bukan barang kacangan, Dodge Challenger Hellcat dan Dodge Charger Hellcat dijual mulai US$60 ribu atau Rp850,74 juta hingga di atas US$90 ribu atau Rp1,276 miliar. 

Dealer lain yang terdampak dari aksi penjarahan tersebut yaitu Mercedes-Benz of Oakland pada 29 Mei dan Broadway pada 30 Mei 2020. 

Berita yang beredar di media sosial menunjukkan para penjarah membuat AMG GT Coupe terbakar sementara kendaraan lain dihancurkan dan dicoret-coret tinta seperti diunggah dalam media sosial dari akun IG ABC News, Instagram.com/abcnews (30/5//20). 

Sementara itu Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Mark Esper harus berseberangan dengan keinginan Presiden Donald Trump yang berniat mengerahkan pasukan militer.

Esper tidak mendukung penggunaan pasukan militer seperti keinginan Trump, untuk memadamkan unjuk rasa di seluruh Amerika Serikat yang dipicu oleh kematian George Floyd tersebut.

Seperti dilansir CNNIndonesia.com (3/6/20), Esper mengatakan bahwa pengerahan pasukan militer hanya boleh digunakan sebagai upaya terakhir. 

Presiden Donald Trump diketahui baru-baru ini mengancam akan mengerahkan militer untuk menegakkan ketertiban. Pernyataan ini banyak dikecam oleh berbagai kalangan.

Ini adalah situasi yang sangat kritis apalagi saat ini Amerika Serikat dan negara negara di Dunia masih dalam ancaman pandemi coronavirus, covid-19. Oleh karenanya Donald Trump harus cerdas menghadapi masalah rasial ini.  

Unjuk rasa yang semakin tidak terkendali ini tentu sangat merugikan Donald Trump dalam menghadapi Pemilihan Presiden November ini, dimana Trump kembali mencalonkan diri. 

Semoga kasus George Floyd ini segera bisa dituntaskan dalam suasana damai. Para pelaku yang menyebabkan kematian Floyd juga mendapat hukuman yang setimpal. 

Salam hangat dan sehat selalu @hensa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun