Situasi Banten pada tahun 1880 sedang mengalami musim kemarau sangat panjang. Sudah hampir dua tahun ini tidak turun hujan. Kekeringan terjadi dimana-mana.Â
Beberapa tanah pertanian mengalami gagal panen dan mengancam menjadi bencana kelaparan.Beberapa desa banyak terjangkit wabah penyakit sampar yang menyerang ternak kerbau atau kambing.Â
Penyakit hewan ini menular dengan cepat, sehingga pemerintah kolonial Belanda menginstruksikan agar supaya membunuh dan mengubur atau bahkan membakar semua kerbau atau kambing di suatu desa yang terjangkit penyakit tersebut agar tidak menular ke desa lain.
Bahkan kadang-kadang kerbau yang tidak terkena penyakit pun turut dibunuh pula. Bagi petani, kerbau bukan hanya dianggap sebagai hewan peliharaan tapi juga hewan yang banyak membantu pekerjaan mereka di sawah.
BACA JUGA : Jalan Menuju Utara dan Wabah yang Mengancam
Pembunuhan terhadap hewan-hewan tersebut dianggap sebagai suatu kekejian dan kesewenang-wenangan yang membuat makin besarnya kebencian rakyat kepada Belanda dan anteknya. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa pasrah.
Kerbau dan kambing yang dibunuh tentara kolonial ini begitu banyaknya sehingga tidak sempat dikuburkan. Bangkai hewan dapat ditemukan berserakan di mana-mana.
Dengan demikian tujuan untuk memutus wabah akhirnya tidak berhasil. Karena hal ini pula yang menyebabkan 200.000 penderita sampar dan lebih dari 40.000 orang meninggal dunia. Sungguh keadaan tersebut sangat memprihatinkan bagi rakyat Banten.
"Kemarau yang panjang ini juga yang menyebabkan hewan-hewan ternak itu mati. Tapi tidak sedikit karena penyakit itu hewan-hewan itu harus dibunuh," kata Ki Ulon.
Bayu Gandana masih terdiam karena sedang membayangkan bagaimana nasib orang tua dan adik-adiknya di desanya.Â
"Bahkan kemarin siang Pak Tua pemilik Kedai ini menceritakan, banyak pula hewan ternak yang terjangkit penyakit aneh ini. Korban manusiapun sudah ada di desa ini." Terdengar suara Ki Ulon sangat pelan merasakan kesedihan dan keprihatinan.
"Iya Ki sangat memprihatinkan. Belum lagi kejadian orang jahat yang mengirimkan dua butir kelapa itu!" Kata Bayu teringat kejadian waktu Fajar itu ketika ada suara ledakan dari dua butir kelapa yang dilemparkan ke dalam rumah dimana Bayu menginap.