Dengan berpuasa semakin menumbuhkan disiplin dan keteraturan. Semakin menumbuhkan kepatuhan pada setiap aturan dan prosedur dalam rukun ibadah tersebut. Kepatuhan dan disipilin tersebut kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Memang bulan Ramadan tahun 1441 H ini sangat berbeda suasananya baik secara lahir maupun batin. Hal tersebut terjadi karena pandemi virus corona yang melanda umat manusia seluruh Dunia, seakan telah mengubah tatanan kehidupan. Â Â
Suasana Masjid yang sepi karena ibadah sholat tarawih harus dilakukan di rumah. Nanti pada saat sholat Idul Fitri juga tidak diperkenankan untuk diselenggarakan. Tidak lagi memungkinkan melakukan acara buka bersama. Demikian pula tidak lagi ada mudik berlebaran di kampung halaman.
Bahkan nanti saat lebaran kita masih belum diperbolehkan berhalal bihalal, berkunjung satu sama lain. Karena dilarang mudik, maka kitapun tidak bisa bertemu dengan orang tua, anak-anak cucu kita dan sanak saudara. Selalu harus tetap menjaga jarak dan menghindarkan diri dari kerumunan. Sungguh ini adalah suasana yang sangat memprihatinkan.
Kendati demikian pasti ada hikmah yang tersembunyi dibalik semua itu. Hal itu karena puasa adalah ibadah yang paling istimewa di Mata Allah. Ini adalah ibadah yang sangat spesifik antara hamba dan Khaliq dibanding ibadah-ibadah lainnya.
Dalam sebuah Hadis Qudsi Allah berfirman bahwa setiap kebaikan itu dilipatkan gandakan pahalanya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku pula yang akan memberinya pahala.
Nilai istimewanya berpuasa adalah ibadah khusus yang diperuntukan BagiNya dengan pahala yang khusus langsung dari TanganNya. Tentu saja ini adalah tingkat pahala yang paling tinggi.
Ibadah puasa memang sangat berbeda dengan ibadah lainnya seperti sholat, zakat atau berhaji ke Tanah Suci. Puasa adalah ibadah yang bersifat rahasia, khusus antara seorang hamba dengan Tuhannya.
Di tengah melandanya pandemi virus corona semakin meningkatkan kesadaran kita pada kebesaran Allah. Kini saatnya berpuasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus. Tetapi mampu berpuasa dengan merasakan tingkat kesadaran yang tinggi pada tanggung jawab seorang hamba kepada Khaliqnya.
Berpuasa adalah upaya yang mengandung ajaran pencegahan diri dan pengendalian segala keinginan. Menjaga diri dan mengendalikan diri adalah inti dari berpuasa. Targetnya adalah menundukkan hawa nafsu dan syahwat duniawi.
Dengan berpuasa semakin menumbuhkan disiplin dan keteraturan. Semakin menumbuhkan kepatuhan pada setiap aturan dan prosedur dalam rukun ibadah tersebut. Kepatuhan dan disipilin tersebut kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut sangat tepat diterapkan dalam menghadapi peperangan melawan pandemic virus corona yang melanda negeri ini. Kepatuhan dan disiplin dalam menerapkan PSBB di daerah kita masing-masing merupakan upaya terbaik dalam memutus rantai penyebaran virus mematikan tersebut.
Berakhirnya musibah pandemic Covid-19 adalah keinginan kita semua sehingga kehidupan kembali menjadi normal. Inilah yang menjadi harapan Presiden Jokowi dan tentu saja kita semua sebagai warga negeri ini.
"Mari kita sambut Ramadan yang barokah sebagai momen untuk memutus rantai penularan wabah demi keselamatan diri, sanak saudara dan seluruh bangsa. Puasa ibadah pribadi tanpa perlu saksi. Jadikan puasa momen memperkuat diri, menjaga semua orang yang kita cintai. Saatnya kita berdisiplin diri," kata Jokowi melalui Youtube Skretaris Negara seperti dilansir CNNIndonesia.com (23/4/20).
Semoga kita mampu menjadikan puasa ini adalah momen yang tepat sebagai upaya memutus rantai paparan virus corona, Covid-19. Tetap semangat untuk beribadah dengan khusyu di rumah.
Salam hangat dan sehat selalu @hensa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H