Ketika banyak dari orang Korea yang menyatakan keraguan pada keputusan Shin Tae-yong menjadi pelatih Timnas Garuda. Justru dirinya merasa optimis dengan pilihannya.Â
Bagi Shin sendiri memilih menjadi Pelatih Timnas Indonesia merupakan karir pertamanya yang dijalani di luar Negeri. Ini adalah tantangan tersendiri baginya yang sangat dinikmati dalam karirnya sebagai pelatih.Â
Shin akan menjawab keraguan mereka dengan memilih untuk menjadi Pelatih Timnas Garuda seiring waktu berjalan. Debut terdekat adalah lawan Thailand 26 Maret 2020 di Stadion Rajamangala, Bangkok dalam Kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022.Â
Sejauh ini banyak kisah gagalnya pelatih asing yang berkarir namun juga tidak sedikit dari mereka yang berhasil. Kuncinya sebenarnya adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka. Semakin pandai menyesuaikan diri maka semakin mendekati kesuksesan dari hasil kerjanya.
Kisah sukses seorang pelatih adalah kisah penyesuaian mereka dengan lingkungan baru. Hal ini Shin Tae-yong alami sendiri bagaimana dirinya harus seceaptnya menyesuaikan dengan lingkungan baru.Â
"Ketika saya menjadi pelatih kepala Seongnam Ilhwa, kami memiliki pemain asing. Daripada kemampuan mereka, lebih penting bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan Korea. Saya pikir alasan terbesar di balik pelatih hebat yang gagal melihat kesuksesan di negara asing adalah dari gagal menyesuaikan diri." Kata Shin dilansir Koreajoongangdaily.joins.com (3/1/20).
Ketika ada yang bertanya apakah mampu mengembalikan Indonesia yang pernah dianggap sebagai tiga besar di Asia Tenggara dalam hal sepak bola? Shin tetap merasa optimis karena memang Federasi Sepakbola Indonesia, PSSIs menunjuknya untuk memulihkan sepakbola Negara tersebut.
Hal ini karena Shin sudah menemukan kunci kelemahan para pemain Indonesia. Kekuatan fisik adalah masalah terbesar, demikian pendapat Shin. Ketika mereka melemah secara fisik, mereka menjadi lebih lemah secara mental sehingga mereka kehilangan fokus.Â
"Begitu mereka memperkuat diri secara fisik dan mental, kita dapat menemukan harapan." Kata Shin seperti dilansir situs Korea di atas. Â
Penampilan Indonesia ini juga sempat diperhatikan ketika baru-baru ini, di final SEA Games 2019 Filipina, Indonesia kalah 0-3 dari Vietnam. Tetapi menurut Shin Tae-yong, mereka tidak bermain dengan buruk.Â
Ketika mencermati laga tersebut tampaknya Shin juga menemukan kelemahan lain selain dari kekuatan fisik yang akan ikut dibenahi.
Selama ini filosofi sepak bola Shin Tae-yong sangat agresif dan lebih ofensif daripada defensif. Apakah itu akan berlanjut di Indonesia? Tentu saja ini sebuah pertanyaan yang sangat menarik ditunggu realisasinya.
Ternyata Shin dalam melakukan pendekatan sepakbolanya menggunakn pola fleksibel. Sepakbola itu selalu dinamis sesuai dengan kemampuan Negara yang bersangkutan.
Mungkin itulah sebabnya Shin harus menggunakan strategi yang sesuai dengan tim. Karena Shin juga harus menyadari, melihat situasi sepakbola Indonesia, mereka tidak dapat benar-benar bermain sepak bola ofensif. Mereka juga harus bersiap untuk sepakbola defensif. Inilah fleksibilatas yang dilakukan Shin dalam pengembangan sepakbola Indonesia.
Tetapi menurutnya, melawan tim Asia Tenggara, tetap harus digunakan strategi yang lebih ofensif. Ketika bermain melawan tim-tim kuat di Asia, seperti Korea dan Jepang, maka filosofi yang digunakan adalah sepakbola bertahan. Harus cerdas dalam memainkan sepakbola defensif secara efisien.
Melihat apa yang dikemukakan Shin Tae-yong, tampak sekali dia lebih menggunakan pendekatan yang sangat kompromis kepada iklim sepakbola Indonesia. Memang sudah seharusnya demikian karena Shin yang harus beradaptasi dengan Indonesia bukan sebaliknya. Selamat bekerja Shin Tae-yong.
Salam hangat @hensa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H