Timnas Garuda memang harus belajar banyak bagaimana memainkan sepakbola dengan menggunakan kecerdasan otak bukan sekedar banyak berlari. Hanya dengan kecerdasan prima seorang pemain akan berada di tempat yang tepat di saat yang tepat tidak terlalu awal namun juga tidak terlambat. Filosofi Cruyff yang tidak pernah lekang oleh waktu.
Gelora Bung Karno menjadi saksi bisu kegagalan Timnas Indonesia meraih poin pada dua laga awal Kualifikasi Piala Dunia 2022. Garuda di bawah asuhan Simon McMenemy ini mengalami dua kekalahan beruntun yaitu kalah 2-3 dari Malaysia Kamis (5/9/19) dan 0-3 dari Thailand Selasa (10/9/19).
Dengan demikian Thailand meraih poin penuh dalam pertandingan Grup G sedangkan bagi Indoensia merupakan kekalahan kedua yang dialami mereka.Â
Setelah kebuntuan di babak pertama, pada babak kedua Supachok Sarachat mencetak dua gol pada menit ke-55 dan ke-72. Satu gol lainnya dihasilkan oleh hadiah tendangan penalti pada menit ke-64 oleh Theerathon Bunmathan (Aseanfootball, 10/9/19).
Sudah pasti hasil dua laga kandang yang nihil ini merupakan kekecewaan sangat pedih bagi para Fans Garuda. Bahkan malam itu ketika Indonesia dibantai Thailand 3 gol tanpa balas banyak supporter yang mulai berteriak, "Simon out!"
Kendati demikian, Simon McMenemy menegaskan bahwa dirinya tidak akan menyerah dengan lempar handuk. Dia masih merasa layak sebagai pelatih Timnas Garuda. Usai laga malam itu ketika Garuda kalah 0-3 dari Thailand Simon berkata seperti dilansir Goal.com (10/9/19) : Â
"Suporter selalu memiliki opini mereka sendiri, tapi tidak mewakili 250 juta masyarakat yang ada. Ini sepakbola, memang seperti ini, dan tidak mengejutkan. Saya paham ini kandang, tapi kami menghadapi tim dengan salah satu gelandang terbaik yang bermain di Liga Jepang."
"Saya khawatir dengan reputasi, dan ekspektasi di luar sana, ketika suporter menyoraki pemain sendiri sementara mereka tengah berjuang. Kadang ekspektasi memang tidak realisitis. Kalau ingin realistis, kenapa kita tidak menjuarai Piala Dunia? Mungkin memang kita tidak berada di pesawat yang sama." Demikian kata Simon McMenemy mengungkapkan perasaannya seperti dilansir Goal.com (10/9/19).
Dalam laga malam itu sudah sangat nampak bahwa Thailand memang memiliki kualitas permainan di atas Indonesia. Skuad mereka jauh lebih berpengalaman dengan beberapa pemain yang merumput di kompetisi J-League, Jepang seperti Chanathip Songkrasin yang jadi andalan.
Simon mencoba mengingatkan bahwa menghadapi Thailand harus realistis dengan kualitas tim yang mereka miliki. Cemoohan supporter kepada para pemain Garuda di Gelora Bung Karno malam itu harus dimaknai sebagai ungkapan rasa kecewa mereka terhadap kinerja Timnas yang belum mengesankan.
Apa yang dikatakan pelatih Indonesia asal Skotlandia tersebut benar adanya. Permainan skuad Gajah Perang sangat terorganisir dengan baik. Bola mengalir dari kaki ke kaki mereka sangat akurat. Para pemain bergerak saling mengisi memainkan bola dengan penuh percaya diri. Skuad Garuda memang kalah segalanya.
Apa yang diterapkan oleh para Pemain Thailand mengingatkan kita kepada Legenda Belanda, Johan Cruyff yang bicara tentang simple football. Simak pernyataanya dalam buku karya David Winner yang berjudul Brilliant Orange: The Neurotic Genius of Dutch Football.
"Setiap pelatih berbicara tentang pergerakan, tentang banyak berlari. Saya katakan jangan banyak berlari. Sepakbola adalah permainan yang Anda mainkan dengan otak Anda. Anda harus berada di tempat yang tepat, di saat yang tepat, tidak terlalu awal dan juga tidak terlambat," demikian kutipan ternama legenda Belanda, Johan Cruyff seperti dilansir Goal.com (7/9/19).
Timnas Garuda memang harus belajar banyak bagaimana memainkan sepakbola dengan menggunakan kecerdasan otak bukan sekedar banyak berlari. Hanya dengan kecerdasan prima seorang pemain akan berada di tempat yang tepat di saat yang tepat tidak terlalu awal namun juga tidak terlambat. Filosofi Cruiff yang tidak pernah lekang oleh waktu.
Kita tetap harus memberikan apresiasi kepada skuad Garuda atas perjuangan mereka membela Negeri tercinta ini. Walaupun masih ada hari esok namun mungkin sebaiknya lupakan saja untuk sementara Piala Dunia Qatar. Saat ini lebih baik fokus saja kembali belajar merenungkan filosofi Johan Cruyff tersebut. Bravo Merah Putih.Â
Salam hangat @hensaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H