Inilah yang tidak ditemukan dalam diri pebulutangkis putri kita saat ini. Motivasi tinggi untuk meraih prestasi terbaik bagi negeri tercinta ini adalah hal yang sangat penting dalam menentukan pembentukan karakter pemain. Kebiasaan-kebiasaan pemain yang terlalu pasrah bisa menjadi hambatan di lapangan, membuat pemain dinilai kurang memiliki daya juang.
"Di lapangan itu harus kejar bola ke manapun, mungkin ini sepertinya sepele, tapi jika itu sudah kebiasaan akhirnya pasrah. Nggak bisa kayak gitu kan, makanya mindset-nya harus diubah, sikapnya diubah," ujar peraih medali emas tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992 ini seperti dilansir Badmintonindonesia.org (24/6/19).
Apa yang dikatakannya itu adalah fakta yang pernah ditunjukkan Susy Susanti selama karirnya membela Negeri Tercinta ini. Susy bukan hanya sekedar retorika tapi dia sudah memberikan contoh nyata yaitu Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992. Medali emas pertama Indonesia dalam ajang Olimpiade. Luar biasa.
Diakui Susy untuk menemukan pemain yang memiliki potensi dan kemauan memang tidaklah mudah. Ada pemain yang memiliki potensi, tapi tidak memiliki kemauan. Sebaliknya ada pemain yang memiliki kemauan tinggi namun potensinya tidak menunjang.
Susy sudah terlalu banyak memberikan masukan, nasihat dan bimbingan kepada para pemain. Kunci utamanya tetap ada dalam diri para pemain karena merekalah yang akhirnya menentukan nasibnya sendiri dan menjadi ujung tombak dalam meraih prestasi mereka.
Ditengah keprihatinan Susy, ada kabar gembira dalam pekan ini, dua pemain tunggal putri kita meraih gelar juara di Turnamen Malaysia International Series dan Peru Internasional Series. Â Kedua turnamen tersebut berangsung bersamaan dari 19-23 Juni 2019 (BWF.tournamentsoftware.com 23/6/19). Â
Sri Fatmawati (20 Tahun) berhasil meraih juara tunggal putri di Malaysia International Series. Sementara tunggal putri lainnya, Ghaida Nurul Ghaniyu (21 Tahun) meraih juara tunggal Putri di Peru International Series. Kedua tunggal putri tersebut sudah tidak lagi berada di Pelatnas Cipayung.
Tentu saja kabar tersebut patut dicatat bahwa tunggal putri kita masih memiliki propek. Kendati demikian pembinaan harus tetap dilakukan. Perbaikan di tunggal putri, memakan waktu yang terus berkesinambungan. Menurut Susy saat ini dari target seratus persen, kini progress tunggal putri masih ada di tingkat 20-30 persen.
Masih jauh dari sasaran target namun kita harus tetap optimis, tunggal putri kita memiliki prospek cerah. Butuh waktu, butuh proses, butuh pembinaan sangat menyeluruh dalam segala aspek dan Susy Susanti sudah memiliki agenda yang jelas untuk mencapai target tinggi.
Bravo Bulutangkis Indonesia.