Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Tentang Jonatan Christie dan Anthony Ginting Usai Australian Open 2019

12 Juni 2019   17:17 Diperbarui: 12 Juni 2019   17:39 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anthony Ginting (Foto Badmintonindonesia.org) 

Final tunggal putra turnamen Australian Open yang berlansung 4-9 Juni 2019 menampilkan pertandingan ketat antara dua pemain Indonesia, Jonatan Christie dan Anthony Ginting. Mereka berhasil menyingkirkan lawan-lawannya disemi final. Pemain Taiwan, Chou Tien Chen yang diunggulkan ditempat pertama ditundukkan Jonatan dengan rubber game 22-20. 13-21 dan 21-16.  Sedangkan Ginting menundukkan pemain Taiwan lainnya Wang Tzu Wei 21-17 dan 21-14. 

Dalam final itu akhirnya Jonatan Christie berhasil merebut gelar juara Australia Terbuka 2019 di nomor tunggal putra usai mengalahkan kompatriotnya, Anthony Ginting, pada laga final yang digelar di Quaycentre, Sydney, Minggu (9/6/19).

Permainan kedua pebulutangkis muda Indonesia ini harus menghabiskan tiga game yaitu 21-17, 13-21 dan 21-14. Hal ini menggambarkan permainan berlangsung ketat. Menurut BWFbadminyon.com (9/6/19), Jojo panggilan akrab Jonatan usai kemenangan ini unggul 3-2 dalam head to head dengan Anthony Ginting. Mereka tahun 2019 ini adalah pertemuan pertamanya sejak pertemuan terakhir dalam Hongkong Open 2018 yang juga dimenangkan Jojo.

Pada game pertama seperti dilansir BWF.tournamentsoftware.com (9/6/19), Jonatan yang memiliki ranking 8 BWF mengawali dengan permainan agresif dan langsung unggul 6-0. Ginting mulai berupaya mengimbangi dan berhasil mengumpulkan 4 poin untuk mendekat pada pososi 4-7. Namun Jojo pada game pertama ini sangat agresif sehingga sama sekali Ginting tidak mampu menyamakan kedudukan. Jojo unggul terus dengan 14-8, 18-12. Ginting sempat mendekat untuk meraih 16-18 namun Jojo tidak bisa dibendung menyelesaikan game ini menjadi 21-17.

Pada game kedua, Ginting, pemain muda berusia 23 tahun ini dengan ranking 7 BWF mulai bangkit. Setelah langsung memimpin 2-0 dan 3-1 namun Jojo berhasil mengejarnya 3-3 dan bahkan Jojo sempat memimpin pada 8-4 sebelum Ginting bisa menyamakan kedudukan menjadi 8-8. Setelah itu Ginting unggul terus hingga 14-9 dan 16-12. Jojo sempat menambah 1 poin sebelum Ginting menutup game ini dengan 21-13. 

Anthony Ginting (Foto Badmintonindonesia.org) 
Anthony Ginting (Foto Badmintonindonesia.org) 

Kemenangan Ginting di game kedua memaksa pertandingan dilanjutkan ke game  ketiga. Jojo dan Ginting sama-sama bermain ngotot dan menghasilkan skor yang sangat ketat. Dari poin awal 1-2, 5-5, 6-6 sampai posisi 8-8 mereka bermain saling menekan. Sejak 8-8 ini selanjutnya Jojo tidak bisa dibendung. Dia unggul pada posisi 15-8 dan 17-9. Ginting sempat mendekat pada posisi 17-14 namun Jojo kembali menjauh menjadi 20-14 hingga akhirnya Jojo menutup kemenangan dengan skor 21-14.

Jonatan dalam turnamen ini menunjukkan performa yang konsisten sejak babak pertama. Keberhasilannya hingga ke final juga telah melalui jalan yang lebih terjal karena harus menghadapi pemain-pemain tangguh seperti pemain China Lu Guangzu, Tanongsak (Thailand), Lin Dan (China) di perempat final dan Chou Tien Chen (Taiwan) di semi final. Terutama dua pemain terakhir adalah pemain-pemain senior yang sudah malang melintang dalam rimba perbulutangkisan Dunia.

Dalam catatan BWFbadminton.com (9/6/19), usai turnamen ini, Jojo sudah mencatat sebanyak 186 kemenangan dari 275 laga dalam karir profesionalnya. Selama tahun 2019 sendiri Jojo sudah tampil sebanyak 29 laga dengan raihan 21 kemenangan dan hanya mengalami 8 kekalahan.

Dalam persaingan kancah perbulutangkisan Dunia yang semakin ketat ini, dibutuhkan kesiapan fisik, mental dan teknik yang selalu prima untuk mencapai level tinggi. Konsistensi permainan para pebulutangkis Dunia saat ini ditentukan oleh faktor-faktor tersebut. Oleh karenanya sangat dibutuhkan tingkat disiplin tinggi dengan manajemen kepelatihan yang professional sehingga target dari pemain selalu terukur dengan pasti.

Apakah keberhasilan Jonatan Christie dan Anthony Ginting melaju ke final Australian Open 2019 ini sudah menunjukkan keberhasilan pembinaan di Pelatnas Cipayung? Jawabannya bisa ya juga bisa tidak. Karena pembinaan terus menerus dilakukan oleh Manajemen untuk menghasilkan para pebulutangkis berprestasi.

Pembinaan pemain akan terus dilakukan dengan metoda yang sudah baku selama ini. Prestasi mereka bukan semata-mata hasil dari pembinaan tersebut namun juga dari semangat juang dan hasrat tinggi serta ambisi pribadi mereka.

Selamat untuk Jonatan Christie dan juga Anthony Ginting. Kalian sudah menunjukkan prestasi membanggakan di Australian Open 2019. Kendati demikian masih banyak yang harus dilakukan untuk membuat bangga Negeri ini dengan terus menjaga prestasi ini dalam ajang-ajang Bulutangkis Dunia.

Bravo Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun