Beberapa hari ini masih ramai memperbincangkan pertemuan China dan Jepang dalam final Piala Sudirman yang berlangsung di Nanning, China Minggu (26/5/19). Â Tadinya semua orang berharap bahwa pertarungan dua kekuatan bulutangkis Dunia tersebut berlangsung ketat. Namun ternyata laga final itu berlangsung sangat singkat dan begitu cepat dalam menyelesaikan tiga nomor yaitu ganda putra, tunggal putri dan tunggal putra yang langsung dimenangkan China dengan 3-0.
China dan Jepang masing-masing sebagai unggulan pertama dan kedua sangat layak bertemu di final Piala Sudirman. Mereka pada semi final masing-masing mengalahkan Thailand 3-0 dan Indonesia juga dengan 3-0. China dan Jepang bukan hanya sekedar layak saja berada di final bahkan mereka sangat layak meraih juara. Â Â Â
Hal tersebut karena dua Negara ini mendominasi pada 5 besar ranking Badminton World Federation (BWF). Menurut data BWF.tournamentsoftware.com (25/5/19), Mereka memiliki skuat dengan kekuatan sangat merata untuk semua nomor yang dipertandingkan dalam Piala Sudirman ini.
Tunggal putra, Kento Momota (Jepang, Ranking 1 Dunia) dan Shi Yuqi (China, Ranking 2 Dunia). Ganda putra, Â Hiroyuki Endo / Yuta Watanabe (Ranking 2 Dunia) dan Li Junhui / Liu Yuchen (Ranking 3 Dunia). Tunggal putri, Akane Yamaguchi (Ranking 4 Dunia) dan Chen Yufei (Ranking 2 Dunia). Ganda Putri, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara (Ranking 1 Dunia) dan Chen Qingchen/Jia Yifan (Ranking 4 Dunia). Ganda campuran, Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Ranking 3 Dunia) dan Zheng Siwei/Huang Yaqiong (Ranking 1 Dunia).
Simak ranking BWF di atas, Jepang unggul pada tunggal putra, ganda putra dan ganda putri sedangkan China pada tunggal putri dan ganda campuran. Melihat fakta ini sangat pantas sebelum laga Jepang merasakan rasa optimis bisa mengatasi tuan rumah China. Ada tiga nomor mereka memiliki peluang meraih poin dan ini sudah cukup untuk merebut Piala Sudirman. Namun ternyata dilapangan menemui hal yang berbeda.
Kunci keberhasilan China bisa meredam kekuatan Jepang terutama ada pada ganda putra yang dipertandingkan pada nomor pertama. Tuan rumah sukses mengambil pertandingan pertama ini. Juara dunia ganda putra Li Junhui / Liu Yuchen terbukti terlalu bagus untuk Hiroyuki Endo / Yuta Watanabe walaupun ranking mereka dibawah ganda Jepang ini.
Hanya 10 menit pada game pertama itu ganda putra China sudah unggul dengan  11-7. Li dan Liu tidak berhenti terus menyerang apalagi didukung dengan sorak-sorai gemuruh pendukung mereka dalam stadion. Akhirnya Li dan Liu berhasil dengan hanya 54 menit saja menghancurkan tembok Jepang Endo dan Watanabe dengan 21-18 21-10.
Seusai laga tersebut kepada BWFbadminton.com (26/5/19), Liu berkata : "Kami bermain di empat dari lima pertandingan minggu ini dan tetap tak terkalahkan. Ini pasti jaminan bagi kami. Kami harus mengatasi berbagai kesulitan dalam pertandingan kami. Ini jelas meningkatkan kemampuan kami untuk beradaptasi dalam situasi pertandingan besar."
Kemenangan pada nomor pertama ini telah membangkitkan semangat tinggi pada nomor tunggal putri dalam pertandingan kedua. Chen Yufei, tunggal putri China ini seakan memiliki kekuatan lebih untuk mengatasi Akane Yamaguchi, 17-21 21-16 21-17. Hasil ini membuta China unggul 2-0 atas Jepang.
Itu adalah pertarungan ketat dengan durasi 81 menit. Tekanan mental bagi kedua pemain terutama Akane Yamaguchi yang harus menyamakan kedudukan, lebih merasakan beratnya tekanan tersebut.Â
Pada game pertama sebenarnya Yamaguchi berhasil mengendalikan permainan. Dia memimpin 10-6 sebelum kehilangan delapan poin berturut-turut untuk memberi Chen Yufei keunggulan 14-10. Namun Yamaguchi berhasil menyamakan kedudukan menjadi 15-15. Selanjutnya tunggal putri Jepang ini meraih enam poin berturut-turut untuk mengambil game pertama.
Game kedua pertarungan masih ketat. Yamaguchi semakin termotivasi untuk memenangkan laga ini. Namun dia sempat tertinggal 1-5 dan 2-7 sebelum akhirnya unggul 10-9. Namun, banyak kesalahan sendiri dia lakukan membuat Chen Yufei bisa memanfaatkan momen ini sehingga unggul 16-11. Stelah melewati poin kritis Chen mampu menutup game kedua 21-16.
Pada game ketiga Chen tertinggal 6-11 karena tekanan kuat dari semangat Yamaguchi. Namun posisi itu berbalik unggul dengan 15-13 ketika Chen meraih 9 poin. Ini nampaknya titik balik Chen Yufei untuk memenangkan game ketiga ini dengan 21-17.
"Saya merasa saya bermain agak lambat di awal game ketiga yang menyebabkan saya membuang banyak energi. Saya tidak bisa mengikutinya tetapi pada saat istirahat saya mengubah strategi permainan saya dan saya memimpin, "kata Chen yang kelelahan susai laga yang ketat tersebut seperti dilansir BWFbadminton.com (26/5/19).
China unggul 2-0 atas Jepang berkat kemenangan pada noor ganda putra dan tunggal putri. Keunggulan China ini membuat tunggal putra mereka semakin bersemangat untuk meraih poin ketiga. Shi Yuqi sangat percaya diri menghadapi peringkat pertama Dunia, Kento Momota yang belum terkalahkan dalam 17 laga di Piala Sudirman dan Piala Thomas.
Pada game pertama nampaknya dominasi Kento Momota membuahkan hasil bagi Jepang setelah menang meyakinkan 21-15 di game pertama. Tapi catatan itu berakhir ketika Shi Yuqi mulai menemukan permainannya. Pemain China ini berhasil menundukkan Kento Momota dengan rubber set 15-21 21-5 21-11 dalam durasi 69 menit. Ini adalah kemenangan keduanya dalam enam pertandingan sebelumnya melawan Momota.
Shi Yuqi mengatakan kepada BWFbadminton.com (26/5/19) : "Saya bermain buruk di game pertama. Saya terkejut saya memenangkan game kedua dan ketiga dengan begitu mudah. Benar-benar tidak terduga. Saya menang di 21-5 dan 21-11. Ini tidak akan terjadi jika dia memainkan permainan yang biasa."
Memang ada hal yang berbeda dalam pertandingan beregu yaitu tekanan yang sangat besar ketika tim dalam keadaan tertinggal. Hal tersebut juga berlaku bagi Kento Momota. Apa yang dicapai oleh Shi Yuqi diatas adalah akibat tekanan berat untuk Kento dalam upaya menyamakan kedudukan dari ketinggalan Jepang 0-2 dari China.
Kendati demikian, Shi Yuqi juga berhasil memanfaatkan kondisi mental dari Kento Momota yang sangat tertekan. Selain itu factor stamina dari tunggal putra Jepang ini yang semakin menurun karena terus bermain selama Piala Sudirman ini. Kento sejak babak penyisihan sudah bermain melawan Sitthikom Thammasin (Thailand), Lee Zii Jia (Malaysia) dan Anthony Ginting (Indonesia).
China dengan materi pemain yang saat ini mereka miliki merupakan kekuatan yang sangat dasyat dalam meraih Piala Sudirman edisi ke-16 ini. Â Hanya lima kali dalam 16 edisi turnamen Piala Sudirman mereka tidak mengangkat trofi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H