Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Jalan Terjal Indonesia di Semifinal Piala Sudirman

25 Mei 2019   04:17 Diperbarui: 25 Mei 2019   13:30 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kento Momota (Foto BWFbadminton.com) 

Turnamen Piala Sudirman adalah ajang yang diselenggarakan Badminton World Federation (BWF) dengan level Grade 1-Team Tournaments. Turnamen ini juga termasuk ke dalam ajang untuk perhitungan poin dalam penentuan ranking Olimpiade Tokyo 2020.

Indonesia memiliki target merebut Piala Sudirman dengan dua alasan. Pertama karena piala tersebut sudah lama sekali tidak pulang ke Bumi Pertiwi. Pada edisi pertama tahun 1989 Indonesia berhasil meraih Piala Sudirman untuk pertama kalinya dan sejak itu Sang Piala selalu keliling ke manca Negara. 

Alasan kedua adalah mendapatkan poin bagi para pebulutangkis kita untuk memiliki ranking yang tinggi sehingga bisa tampil di Olimpiade Tokyo.

Bagi bulutangkis kita, olimpiade adalah tradisi emas yang wajib dipersembahkan untuk negeri tercinta ini. Untuk itulah para pebulutangkis kita terus berjuang di berbagai turnamen untuk meraih poin termasuk di Turnamen Piala Sudirman ini.

Saat ini Piala Sudirman sudah memasuki babak semifinal yang berlangsung Sabtu (25/5/19). Sudah ada 4 tim pada fase ini yang saling berhadapan. Tuan rumah China akan berhadapan melawan Thailand pada pukul 10.WIB dan Jepang akan ditantang Indonesia pada pukul 17.00 WIB. 

Bagaimana peluang Indonesia dalam semifinal ini? Ini adalah jalan terjal yang sangat berat bagi tim bulutangkis Indonesia menghadapi semifinal. Fakta-fakta di bawah ini memberikan gambaran tersebut seperti dilansir BWF.tournamentsoftware.com (24/5/19). 

Tentu saja Jepang adalah tim dengan skuat yang memiliki kekuatan merata pada semua nomor. Ketika mereka mengalahkan Malaysia 3-0 di babak perempat final, mereka menurunkan kekuatan dengan full tim.

Kento Momota (Foto BWFbadminton.com) 
Kento Momota (Foto BWFbadminton.com) 
Jepang memiliki tunggal putra, Kento Momota dengan ranking satu Dunia. Tunggal Putri ada Nozomi Okuhara, ranking dua Dunia. Ganda Putra dengan ranking 2 Dunia yaitu Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Ganda Putri mereka memiliki Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara dengan ranking 1 Dunia dan Ganda campuran Yuta Watanabe/Arisa Higashino ranking 3 Dunia (BWFbadminton.com 24/5/19).

Mereka adalah tim dengan kekuatan yang luar biasa dengan Ranking BWF berada di 3 besar. Indonesia hanya memiliki Marcus/Kevin yang memiliki ranking satu Dunia. 

Jonatan dan Ginting masing-masing berada di posisi ranking 6 dan 7 sedangkan Greysia/Apriyani dan Praveen Jordan/Melati masing memiliki ranking 5 dan 7 BWF. Apalagi tunggal putri Gregoria Mariska ranking 15 BWF dan Fitriani 29 BWF.

Menghadapi Jepang harus realistis jika melihat fakta-fakta tersebut. Selain ganda putra, praktis pada nomor lain Indonesia ada pada posisi underdog. Dominasi Kevin/Marcus terhadap ganda putra Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Tercatat dari 13 kali bertemu dengan 8 laga dimenangkan dan 5 laga mengalami kekalahan. Statistik tersebut sebenarnya bisa dikatakan relatif seimbang.

Tunggal Putra, baik Anthony Ginting maupun Jonatan Christie sangat sulit menghadapi Kento Momota. Butuh tenaga ekstra dan strategi cerdas menghadapi Jepang satu ini.

Jonatan sudah tiga kali bertemu dan hanya sekali memenangkan laga yaitu di ajang Malaysia Open 2019 lalu. Sementara Ginting sudah bertemu sebanyak 10 kali, hanya 3 laga yang berhasil dimenangkannya. Terakhir Ginting kalah di final Singapore Open 2019 dengan rubber set 21-10, 19-21 dan 13-21.

Apalagi ini adalah ajang beregu yang membutuhkan mental bertanding sekuat baja. Dalam kiprah sejauh ini di Piala Sudirman, Ginting dan Jonatan belum menampilkan permainan yang konsisten. Ginting sudah bermain dua kali, satu kali kalah dari Victor Axelsen (Tim Denmark), sedangkan Jonatan kalah dari Chou Tien Chen ketika mereka bertemu Taiwan.

Pada tunggal putri baik Gregoria Mariska maupun Fitriani masih terlalu jauh menghadapi kemampun Nozomi Okuhara yang memiliki teknik dengan determinasi tinggi dan stamina prima.

Simak catatan pertemuan mereka. Fitriani dua kali kalah dari Nozomi dalam dua pertemuan mereka yaitu di All England 2018 dan Asian Games 2018 sedangkan Gregoria juga mengalami 3 kekalahan dari tiga pertemuan mereka yaitu di All England 2019 lalu, China Open 2018 dan Kejuaraan Beregu Asia 2018.

Greysia/Apriyani (Foto BWFbadminton.com) 
Greysia/Apriyani (Foto BWFbadminton.com) 
Greysia/Apriyani belum pernah menang dari dua pertemuannya dengan Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. Terakhir Greysia/Apriyani kalah di ajang French Open 2018 dengan dua set 10-21 dan 8 -21.

Ganda campuran Jepang, Yuta Watanabe/Arisa Higashino masih unggul 2-1 dari Hafiz/Gloria, namun mereka kalah dalam satu kali pertemuan melawan Praveen Jordan/Melati Daefa yaitu di ajang Malaysia Master tahun 2018 lalu. Pertemuan yang sudah lama sekali sehingga tidak bisa dijadikan rujukan dalam perkembangan saat ini.

Melihat fakta-fakta di atas memang Jepang adalah jalan terjal di Semifinal Piala Sudirman. Indonesia harus mampu mengerahkan segala kemampuan dan semangat para Pebulutangkisnya. Tidak ada kata menyerah sebelum laga berakhir. Selamat berjuang Pahlawan Bulutangkis Indonesia. [@hensa]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun