Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Duka Kita di Palu dan Donggala, Belajar Akrab dengan Bencana

11 Oktober 2018   10:15 Diperbarui: 11 Oktober 2018   10:30 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin tidak berlebihan dan sudah menjadi fakta bahwa Indonesia adalah daerah yang sering mengalami bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus dan banjir. Meletusnya gunung berapi seperti Gunung Merapi, Gunung Agung dan beberapa hari yang lalu Gunung Soputan. Khusus mengenai bencana gempa bumi yang dikaitkan dengan terjadinya tsunami akibat gempa tersebut maka kita telah mengalami bencana menyedihkan tsunami di Aceh tahun 2004 yang lalu. Akhir September lalu menyusul bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala. Sebelumnya juga kita harus berduka dengan bencana gempa Lombok.

Masyarakat kita sejatinya sudah akrab mengalami hal tersebut namun demikian saat bencana tersebut datang ditengah tengah kita maka kita selalu saja tidak siap menghadapinya. Akibatnya begitu banyak korban yang meninggal. Berita terbaru dari berbagai media diwartakan bahwa Kepala Pusat Data Badan Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo mengungkapkan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami Sulawesi Tengah mencapai 2045 jiwa. Semua korban sudah dimakamkan sebagai mana mestinya di TPU Paboya.

Dalam pekan pekan ini penanganan dan penaggulangan bencana terus dilakukan. Presiden Jokowi sendiri sampai turun tangan ke lapang untuk menyaksikan dan memberikan arahan agar penanggulangan pasca bencana ini bisa berjalan dengan baik. Bantuan logistikpun sudah mulai didistribusikan kepada mereka yang saat ini membutuhkan.

Sementara itu puing-puing reruntuhan akibat bencana gempa dan tsunami segera dibersihkan agar mempermudah dilakukannya kegiatan rekontruksi akibat bencana ini. Demikian pula kebutuhan air bersih dan listrik sudah kembali berjalan normal. Hal ini akan memberikan spirit bagi para pengungsi yang rumah mereka diterpa bencana. Data terakhir yang dimuat media disebutkan bahwa saat ini jumlah pengungsi mencapai 70 ribu jiwa.

Korban luka baik yang tingkat berat maupun luka ringan sudah ditangani dokter di RS Palu juga ada yang dibawa ke RS Makasar. Sedangkan korban hilang yang belum ditemukan masih terus diupayakan pencarian oleh Tim SAR. Kita berharap dari hari ke hari kondisi para korban semakin membaik. Demikian pula kondisi para pengungsi semakin mendapatkan kekuatan untuk kembali bangkit.

Salah satu pekerjaan yang paling berat dalam penanganan bencana seperti ini adalah menangani pemulihan psikis para korban akibat trauma bencana ini. Mungkin mereka kehilangan anak, ayah, ibu, istri atau suami. Kondisi mereka yang kehilangan ini membutuhkan penanganan yang khusus. Membutuhkan metode yang tepat untuk membangkitkan motivasi mereka untuk melanjutkan hidup.

Kita bersyukur bahwa masyarakat kita adalah masyarakat berketuhanan Yang Maha Esa. Masyarakat yang menjunjung tinggi religious sebagai pondasi hidup. Ideologi Pancasila yang berlandaskan Ketuhanan memang menjadi ruh kehidupan Bangsa Indonesia. Mereka yang mengalami musibah harus kehilangan orang-orang yang dicintainya berangsur pulih dengan berserah diri kepada Tuhan. Kita menyadari bahwa Dialah Yang Maha Memiliki.

Mengakrabi bencana memang bukan hal yang mudah. Butuh waktu, butuh mental dan butuh pelatihan bagaimana memahami dengan benar filosofi dan budaya kita menghadapi bencana seperti ini. Namun demikian kejadian yang pernah dialami oleh kita semua tentu akan menumbuhkan ketangguhan kita menghadapi segala ujian dari bencana yang mungkin terjadi di masa depan.

#hensa #kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun