Saat ini kita harus mulai fokus pada Timnas Garuda U-23 Asian Games. Piala Dunia Russia 2018 sudah berakhir. Jika Prancis lolos ke final dan menjuarai ajang ini mungkin semua orang menganggap hal tersebut adalah wajar. Namun pada saat Kroasia berhasil lolos menuju laga puncak sebagai finalis Piala Dunia hampir semua orang berdecak kagum dan melambungkan harapan adanya juara baru di ajang ini.
Luka Modric, Ivan Perisic, Ivan Rakitic dan Mario Mandzukic serta semua skuat Kroasia, malam itu sangat menikmati laga final tersebut penuh dengan harapan mereka untuk meraih impian walaupun akhirnya belum terwujud. Semua rakyat Kroasia begitu bangga tim Nasional mereka berlaga di final Piala Dunia.
Ditengah tengah mereka ada seorang Nikola Kalinic yang mungkin saat final itu berlangsung merasakan adanya rasa sesal kenapa dirinya harus membangkang dari Tim Nasional hanya karena egonya. Untuk itu pula tim Kroasia belum membuat keputusan apakah Nikola Kalinic akan menerima medali untuk partisipasinya di Piala Dunia (Goal.com 15/7/18).
Seperti diwartakan Fourfourtwo.com (15/7/18), Dalic mengatakan: "Kalinic diminta masuk di menit ke-85 dalam laga yang berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk Kroasia, namun ia menolak diturunkan. Kalinic berdalih cedera punggung sebagai alasannya tidak siap main dan tidak latihan sehari sebelum pertandingan." Namun Dalic menilai Kalinic hanya menggunakan alasan cedera untuk menutupi kekecewannya karena tidak masuk line-up.
Milan Badelj, rekan Kalinic berpendapat bahwa dia memang memiliki ego yang begitu tinggi. Bahkan ketika Kalinic dipulangkan, sama sekali dirinya tidak  mengucapkan permohonan maaf atas serentetan sikap buruknya tersebut. "Di level internasional, Anda harus meletakkan ego di sisi lain sebab kita tidak banyak menghabiskan waktu bersama untuk memperkuat timnas. Itu adalah satu-satunya cara agar atmosfer ruang ganti tetap terjaga." Demikian kata Badelj seperti dilansir Fourfourtwo.com (15/7/18).
Kalinic mendapat panggilan tim nasional Kroasia usai menjalani musim kompetisi di Serie A bersama AC Milan. Beberapa catatan tentang penampilan Kalinic seperti dilansir Fourfourtwo.com (15/7/18), dalam 31 penampilan di Serie A, ia hanya mampu membikin 6 gol, jumlah yang terbilang sangat rendah untuk ukuran striker yang tugasnya membobol gawang lawan. Produktivitas yang sangat rendah, 6 gol dalam 31 laga menunjukkan kualitas dirinya sebagai penyerang.
Padahal Kalinic saat masih di Fiorentina berhasil mencetak total 12 gol di Serie A musim 2015-16 dari 36 kali penampilan. Sementara musim berikutnya, 2016-17, ia membukukan 15 gol dari 32 penampilan. Performanya justru menurun drastis saat dirinya membela AC Milan.
Pada awalnya, Pelatih Zlatko Dalic rupanya mempunyai rencana tersendiri untuk pemain jangkung ini. Kalinic, dengan tubuhnya yang tinggi menjulang dan gaya bermain khas sebagai seorang penyerang nomor sembilan, dipersiapkan Dalic untuk meracik strategi alternatif bermain bagi tim Kroasia. Berbeda dengan dua penyerang Kroasia lainnya, Mario Mandzukic dan Andrej Kramaric yang gemar bergerak ke sisi sayap atau menjemput bola ke tengah, Kalinic adalah striker murni yang menunggu umpan matang dari rekan rekannya.
Oleh karena itu pelatih Dalic memerlukan Kalinic karena sejauh ini Mandzukic terbiasa bermain melebar seperti yang biasa dilakukannya selama di Juventus. Sementara itu Kramaric lebih cocok sebagai penyerang lubang dibelakang striker utama.
Sebenarnya mereka bertiga merupakan kombinasi yang serasi. Namun Kalinic melakukan hal yang tidak profesional saat menolak menjadi pemain pengganti di laga melawan Nigeria saat itu. Sikap yang tidak menunjukkan tanggung jawab pada negaranya dalam ajang Piala Dunia. Â
Luis Milla selama ini sudah benar selalu mengedepankan soal attitude pemain asuhannya. Bagi pelatih asal Spanyol ini sikap dan perilaku pemain menjadi unsur utama penilaiannya selain faktor skill individu dalam teknik bermain. Walaupun pemain memiliki level teknik bermain yang tinggi jika tanpa memiliki perilaku yang baik maka hal ini bukan pilihan bagi Luis Milla.
Ketegasan pelatih Kroasia adalah pembelajaran yang sangat berharga bagi skuat  Garuda U- 23 yang akan berjuang di ajang Asian Games 2018. Bravo Timnas Indonesia U-23.
#hensa18072018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H