Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bahan Buangan Asal Pabrik Gula Ini Berpotensi sebagai Sumber Energi Terbarukan

27 September 2017   14:42 Diperbarui: 28 Mei 2024   18:39 2679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkutan Tebu antrian di emplasemen menunggu giliran (Foto Dok.Pribadi/Hendro Santoso)

Pabrik Gula merupakan sebuah potret lama sebuah industri peninggalan Belanda yang hingga saat ini masih terasa keberadaannya. 

Baik dari segi fisik berupa bangunan tua sebuah pabrik yang terkesan angker maupun sisa-sisa teknologi yang diwariskan Belanda.

Walaupun sebuah potret lama yang mungkin sudah hampir usang namun sekarang sudah mulai lagi dilirik terutama pada beberapa potensi yang dimilikinya  sebagai sumber energi hijau.  

Pada saat pertumbuhan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin besar dengan perkiraan tingkat konsumsi mendekati jumlah sekitar 33,4 milyar liter, sementara itu justru cadangan minyak bumi semakin menipis. 

Diperkirakan rasio cadangan dan produksi minyak bumi berbahan baku fosil ini hanya tinggal sekitar 10 tahun ke depan.

Semakin terbatasnya cadangan minyak bumi yang selama ini menjadi andalan energi dan sumber devisa telah membuka wawasan untuk pencarian energi berbahan alternatif yang lebih terbarukan.

Proses pembuatan gula pasir diawali dari kegiatan panen tebu yaitu penebangan di areal kebun untuk mendapatkan batang-batang pohon tebu. 

Tebang tebu ini menghasilkan berton ton sisa dari kegiatan tebang berupa daun-daun tebu yang sudah dipisahkan dari batangnya. 

Dari luas total area tebu di Indonesia yang sekitar 400 ribu ha bisa diperoleh sekitar 31,2 juta ton tebu siap untuk digiling dan 4,4 juta ton daun tebu tersisa di kebun.

Angkutan Tebu antrian di emplasemen menunggu giliran (Foto Dok.Pribadi/Hendro Santoso)
Angkutan Tebu antrian di emplasemen menunggu giliran (Foto Dok.Pribadi/Hendro Santoso)
Ini berarti bahwa pada saat yang sama dalam proses selanjutnya di dalam pabrik akan dihasilkan pula sekitar 9,98 juta ton ampas (32 %), 1,5 -- 2 juta ton tetes (4,9 %), dan 0,8 juta ton blotong (2,5 %).

Potensi biomasa sekitar 4,4 juta ton daun tebu dari kebun ini bisa digunakan sebagai bahan baku energi terbarukan dan ramah lingkungan.

Pemanfaatan biomasa tebu selama ini masih banyak dimanfaatkan para peternak sapi yang ada disekitar areal kebun tebu sebagai pakan ternak. 

Ampas tebu sekitar 9,98 juta ton yang merupakan sisa proses penggilingan tebu kembali dimanfaatkan sebagai bahan bakar ketel di pabrik gula.

Biomasa dari industri tebu ini sangat berpotensi sekali jika dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. 

Sejumlah program yang memiliki prospek cerah sudah seharusnya segera diwujudkan. 

Program tersebut adalah diversifikasi produk untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan.

Selain biomasa, pemanfaatan tetes tebu yaitu cairan kental sisa dari hasil proses kristalisasi pada pembuatan gula pasir bisa digunakan sebagai bahan baku untuk produk Bioetanol. 

Memiliki potensi yang sangat baik sebagai bahan baku fermentasi bioetanol.

Tetes tebu atau nama lainnya molassesberupa cairan sisa proses yang masih mengandung gula yang cukup potensial untuk dimanfaatkan. 

Kadar gula yang dikandungnya berkisar antara 50 -- 65 %. Produksinya sekitar 2 juta ton setiap tahun dan terus meningkat seiring dengan peningkatan kapasitas pabrik gula.

Upaya pabrik gula untuk melakukan diversifikasi produk seperti mengolah ampas tebu menjadi listrik dan tetes tebu menjadi bioetanol merupakan terobosan untuk menunjang pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Program co-generation yang mengolah ampas tebu menjadi listrik bisa dilakukan oleh pabrik gula yang memiliki kelebihan ampasnya. 

Beberapa pabrik gula di Kediri, Jawa Timur ada yang sudah melakukan program ini seperti PG Pesantren Baru dan Ngadirejo. 

Sementara itu, PG Gempolkrep Mojokerto mencoba mengelola pabrik bioetanol yang akan menghasilkan fuel grade ethanol dengan kadar 99 persen yang sangat ramah lingkungan.

Selain itu Pabrik Gula Jatiroto Lumajang juga menjalankan program pengolahan tetes tebu yaitu bahan sisa proses kristalisasi dengan memanfaatkannya menjadi bioetanol.

Sebenarnya pabrik gula memiliki potensi sumber energi terbarukan dari sisa buangan produk utamanya seperti limbah panen tebu dan ampas serta tetes dari proses kristalisasi gula pasir. 

Namun pabrik gula belum bisa mengoptimalkan pemanfaatannya akibat kendala dana operasional yang sangat terbatas. 

Maka dibutuhkan uluran tangan Pemerintah untuk menunjang program-program pengembangan energi terbarukan demi tercapainya ketahanan energi nasional yang mandiri.

Bandung 27 September 2017 @hens17. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun