Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Kembali Ideologi Negeri ini

1 Juni 2017   05:15 Diperbarui: 2 September 2021   15:38 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Begitu pula pada saat para oknum politisi yang sedang bertarung dalam Pilkada atau Pemilu. Mereka yang penuh dengan nafsu kekuasaan berlebihan maka segala macam cara akan dilakukan dan ini juga rawan dengan sentimen SARA.

Tanpa sadar mereka para oknum politisi tersebut telah mengingkari pedoman hidup bangsa ini yaitu Pancasila. Perlu dipertanyakan masih adakah Pancasila di dada mereka? Fakta sejarah tidak bisa dibantah bahwa negeri ini memang memiliki kekayaan dengan beragam etnis, agama, suku sehingga toleransi sesungguhnya sudah terbangun begitu lama.

Peristiwa intoleransi yang terjadi di tengah masyarakat kita merupakan pelanggaran komitmen kerukunan bangsa ini. Salah satu penyebab yang paling kental adalah unsur yang berbau politik praktis. Biasanya hal ini terjadi akibat oknum politisi yang terlalu ambisius terhadap kekuasaan. Mereka akan mudah melakukan apa saja untuk memenuhi kepentingan golongan dan ambisi pribadinya demi jabatan. Ego para oknum politisi semacam ini sudah jelas bukan untuk kepentingan rakyat.

Memang benar, politik akan selalu bermuara pada kekuasaan. Namun jika hal itu dilakukan semata-mata hanya untuk mencapai tujuan tanpa memperhatikan etika berbangsa dan bernegara, maka akan menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat.

Idealnya muara politik itu bukan hanya sekedar kekuasaan semata namun seharusnya pada kekuasaan yang dilandasi ideologi Pancasila. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila maka kekuasaan akan selalu bermuara pada cita-cita rakyat.

Dulu saat proklamasi kemerdekaan tahun 1945, kepentingan para pemimpin kita hanya satu yaitu Indonesia Merdeka sehingga kebersamaan terjalin dengan erat dan kokoh untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang selama ini menjadi impian bersama.

Kini, saat mengisi kemerdekaan ini ternyata tidak lebih mudah, bagaimana upaya upaya terus dilakukan untuk memelihara toleransi luhur yang pernah ditunjukkan Bung Karno dan teman-temannya. Kemerdekaan Indonesia telah membuahkan Pancasila yang harus dirawat bersama-sama karena Pancasila ini adalah harta bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya.

Toleransi akan tegak jika memiliki semangat kebersamaan untuk sebuah cita-cita.  Pancasila ada karena semangat untuk meraih kemerdekaan yang merupakan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Pancasila adalah perekat bagi semua komponen negeri ini demi cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pancasila adalah pondasi negeri ini untuk berdiri tegak dan kokoh. Tanpa Pancasila negeri ini akan rapuh dan terancam roboh berkeping-keping.

Berbicara Pancasila maka inilah pedoman toleransi antar agama. Pancasila juga adalah kebhinekaan yaitu pondasi persatuan bagi NKRI. Pancasila adalah wujud kerakyatan yang demokratis. Pancasila juga adalah cita-cita luhur untuk meraih keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sudah merupakan harga mati, final dan mengikat bagi rakyat Indonesia.

Para Tokoh Nasional tahun 1945 adalah teladan bagi kita semua bagaimana mereka menjunjung sikap yang toleransi terus ditegakkan untuk kepentingan Bangsa. Saat ini, ternyata kita masih tetap membutuhkan Panutan untuk mewujudkan hal tersebut. Selalu tetap menunggu, kapan Panutan itu lahir ditengah-tengah kita seperti lahirnya Pemimpin-pemimpin Bangsa ini di masa lalu. 

Sebuah harapan yang tidak saja butuh kenyataan di sekitar kita namun juga butuh aktualisasi dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun