Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Johan Cruyff, Luis Milla dan Timnas U-22

24 Maret 2017   15:33 Diperbarui: 25 Maret 2017   18:00 1946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bundesarchiv Bild Futball Niederlands

Tahun lalu tepatnya 24 Maret 2016. Dunia sepak bola saat itu berduka menyusul wafatnya salah satu maestro lapangan hijau, Johan Cuyff pada Kamis, 24 Maret 2016 di usia 68 tahun karena penyakit kanker paru-paru.

Johan Cruyff dan Sepakbola Spanyol.

“Bermain sepak bola itu sangat sederhana, tapi memainkan sepak bola sederhana itu adalah hal yang sangat sulit.”

Itu adalah salah satu kata-kata Sang Maestro yang sangat terkenal. Ya sepakbola itu sangat sederhana namun memainkan sepakbola sederhana itu justru hal yang tidak sederhana.

Cruyff adalah legenda tim nasional Belanda, Ajax Amsterdam dan Barcelona. Peninggalannya yang paling berharga adalah sepakbola Total Football yaitu gaya bermain yang kemudian menjadi budaya akademi La Masia milik El Barca dari kelompok umur U-8 hingga senior.

Pertama kali Rinus Michels Sang Guru Johan Cruyff menerapkan filosofi dan  konsep ini terjadi pada dekade 70-an. Bersama Ajax, berhasil meraih trofi Piala Champions tiga tahun berturut-turut. Total Football mempertontonkan gaya sepak bola dengan konsep menyerang dan bertahan dengan stabil melalui transisi yang sangat rapih. Ada pergerakan secara konsisten dan penataan organisasi tim yang teratur dalam mengisi setiap lini sehingga terlihat sangat atraktif dan mendominasi di seluruh sisi lapangan.

Skuat Orange asuhan Rinus Michels dengan berintikan pemain-pemain Ayax  menyuguhkan permainan yang menghibur yang akhirnya menembus final Piala Dunia 1974. Meski di laga puncak, akhirnya Cruyff dan rekan-rekan kalah dari Jerman Barat namun dunia telah terbius oleh performa Belanda dengan permainan sepakbola menyerang indah sehingga mereka mendapat julukan juara dunia tanpa mahkota itu.

Pada tahun 1988, Cruyff datang ke Barca sebagai pelatih sekaligus membawa revolusi ke dalam tubuh raksasa Katalan tersebut. Langkah awal kebaranian Cruyff adalah dengan pelepasan 15 bintang Barcelona. Cruyff melakukan rekonstruksi total skuat Barca.

Viisi bermain direformasi melalui seniman lapangan hijau berteknik tinggi. Mengandalkan keahlian olah bola dan tidak semata-mata berpatokan pada pendekatan fisik. Filosofi ini diterapkan kepada para pemain Spanyol. Proses produksinya dimulai dari akademi La Masia Barcelona yaitu Sekolah sepak bola dekat stadion Camp Nou yang dibuat mirip seperti milik Ajax Amesterdam. Dari sinilah Johan Cruyff mulai berkarya untuk Barcelona dan sepakbola Spanyol.

Hasil yang diperoleh sekaranga adalah pola yang dulu lebih identik dengan Belanda kini dimiliki juga oleh Tim Matador. Filosofi sepakbola Cruyff yang ditularkan ke Barcelona menjadi pegangan bagi Timnas Spanyol yang kemudian dikenal sebagai ‘Tiki Taka’. Tim Matador merajai Eropa tahun 2008, 2012, dan Piala Dunia 2010 dengan menunjukkan pola permainan menyerang dengan penguasaan bola mirip Timnas Belanda di Piala Dunia 1974.

Hal ini diakui oleh Presiden Barca saat ini, Josep Maria Bartomeu bahwa Cruyff telah mengubah sejarah klub Barcelona sekaligus Timnas Spanyol. Salah satu asuhan Cruyff yaitu legenda Inggris Gary Lineker melalui twitternya bahkan menyebutkan bahwa mantan pelatihnya  itu sebagai sosok revolusioner sejati dalam dunia si kulit bundar. Sepakbola menjadi terlihat indah ketika disentuh oleh Johan Cruyff.

Filosofi sepakbola Cruyff dirasakan langsung oleh sosok Josep Guardiola yang merupakan salah satu produk Barca asuhan Cruyff. Pep menjadi pelaku langsung dari kejayaan klub Barcelona saat itu. Pasukan Katalan itu  meruntuhkan dominasi Real Madrid. Ada empat gelar La Liga secara beruntun diraihnya dari tahun 1991-1994. Juga Piala Champions 1992, Piala Winners 1990 dan Piala Super Eopa 1992.

Seperti kita ketahui Total Football dari sang mentor ini kemudian dikembangkan Guardiola saat menjadi arsitek Barca pada tahun 2008-2012. Pep mempersembahkan semua gelar di level klub dengan permainan yang nyaris sempurna. Kreator lini tengah klub saat itu, Xavi Hernandez dan Andres Iniesta memporak-porandakan pertahanan lawan. Di lini depan ada Lionel Messi dengan pergerakan eksplosif di semua area penyerangan.  Guardiola telah menyempurnakannya dengan sentuhan tiki-taka.

Walaupun sering berganti pelatih namun pakem dari Johan Cruyff yang telah bertahan selama 30 tahunan itu tak pernah berubah. Selalu diterapkan para pelatih berikutnya. Barca masih sempat merajai dunia sepak bola dengan empat gelar Liga Champions dalam satu dekade terakhir.

Luis Milla, Timnas U-22  dan Kurikulum Sepakbola Nasional.

Pelatih tim nasional U-22 Luis Milla Aspas pernah mengatakan bahwa dahulu Spanyol belum punya gaya khas dalam bermain sepak bola. Namun semuanya segera berubah ketika legenda sepak bola Belanda Johan Cruyff datang untuk menangani FC Barcelona yaitu pada tahun 1988 - 1989.

Milla menuturkan bahwa Cruyff-lah yang meletakkan “batu pertama” fondasi sepak bola indah Spanyol yang bisa bertahan sampai saat ini. Filosofi permainan bola cepat dari kaki ke kaki kini juga ingin diterapkan Milla untuk timnas Indonesia U-22.

Milla berharap ilmunya dalam sepak bola, seperti halnya Cruyff bisa membuat Indonesia memiliki gaya khas sendiri dalam bermain sepak bola. Namun tentunya hal tersebut butuh proses panjang dan penanganan dan keterlibatan yang serius dari berbagai pihak. Khususnya dari para pelaku  sepak bola usia dini.

Program kurikulum sepak bola Indonesia pada usia dini, sudah mulai diperkenalkan dan di uji coba oleh Direktur Teknik PSSI Danurwindo pada 13 Maret 2017. SSB Asiop Apacinti merupakan klub usia dini pertama bagi coach Danur untuk mensosialisasikan kurikulum sepak bola model Indonesia ini melalui praktek langsung di lapangan.

Direktur Teknik PSSI ini menjelaskan bahwa materi dari kurikulum ini antara lain mempertajam kelebihan pesepak bola muda kita. Mulai dari kecepatan, kelincahan, serta memperbaiki kecerdasan dalam bermain.

Kurikulum sepak bola tersebut didesain sama untuk setiap kategori usia 6-9 tahun, 9-13 tahun, dan 13-17 tahun.  Hal ini disebabkan materi latihan harus dilakukan melalui tahapan berjenjang. Adanya kurikulum sepakbola yang diberlakukan seragam di tingkat nasional diharapkan Indonesia akan segera memiliki gaya khas permainan sepak bola sendiri. Seperti komitmen Luis Milla bahwa Indonesia harus menciptakan sepak bola khas Indonesia.

Kurikulum sepakbola nasional ini nantinya akan diuji cobakan di Sekolah Sepak Bola yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya seperti Bina Taruna, Pelita Jaya dan Persigawa.

Benar apa kata Cruyff bahwa bermain sepak bola itu sangat sederhana, tapi memainkan sepak bola sederhana itu adalah hal yang sangat sulit. Mungkin masih ada harapan dari Luis Milla untuk bisa memberikan ilmunya kepada skuat Timnas U-22 sehingga diperoleh gaya bermain khas Indonesia.

Memainkan sepakbola sederhana dari La Masia itu memang tidak mudah biarlah Timnas U-22 bermain sepakbola sederhana ala Indonesia saja.  

Bravo  sepakbola Indonesia.

#hensa24032017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun