Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - PENSIUNAN sejak tahun 2011 dan pada 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer.

KAKEK yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

All England Open 2017, Mempertanyakan Kesiapan Fisik Tunggal Indonesia

10 Maret 2017   10:37 Diperbarui: 10 Maret 2017   10:49 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dinar Dyah Agustine (Sumber badmintonindonesia.org)

All England  2017, Mempertanyakan Kesiapan Fisik Tunggal Putri dan Putra Indonesia.

Semua pemain tunggal berguguran dan hanya dua ganda Indonesia yang lolos ke perempat final di Turnamen Superseries Premier berhadiah total 600.000 USD, All England Open di  Barclaycard Arena, Birmingham England pada 7-12 Maret 2017. Mereka adalah ganda campuran pemegang Olimpiade Rio, Tontowi/Liliyana dan Markus/Kevin di ganda putra.

Indonesia mengirimkan pemain-pemain untuk semua nomor yang dipertandingkan. Pada nomor tunggal putri diikuti pemain muda Pelatnas Fitriani, Dinar Dyah Ayustine dan Lyanny Alesandra Mainaky.  Sedangkan untuk tunggal putra ada dua pemain muda Pelatnas Anthony Sinisuka Ginting dan Ihsan Maulana. Sebenarnya ada Jonatan Christie yang batal ikut kejuaraan ini karena sakit. Dua pemain senior diluar pelatnas juga mewakili Indonesia yaitu Tommy Sugiarto dan pemain gaek Sonny Dwi Kuncoro.

Sudah kita ketahui hasil dari kiprah mereka di turnamen ini bahwa pemain-pemain tunggal putra sudah berguguran di babak pertama kecuali Sonny Dwi Kuncoro yang berhasil lolos ke 16 besar. Demikian pula untuk tunggal putri hanya tersisa Dinar Dyah Ayustine di babak 16 besar.    

Mempertanyakan Metode Latihan Fisik di Pelatnas.

Mengamati kekalahan mereka dalam pertandingan melawan lawan-lawan dari negara lain nampak jelas bahwa faktor fisik menjadi penyebab utama kekalahan para pemain muda ini. Menghadapi kejuaraan besar seperti All England  tidak bisa dihadapi dengan persiapan fisik seadanya.   

Fitriani, pemain muda harapan masa depan yang masih berusia 18 tahun ini harus mengakui keunggulan pemain Korea Selatan,Sung Ji Hyun (unggulan ketiga)  dengan dua set langsung  21- 18 dan 21-12. Pemain Korea Selatan ini hanya butuh waktu 38 menit. Pada set pertama pemegang ranking 3 dunia ini langsung unggul 3-0. Fitriani mencoba mengejar untuk menyamakan kedudukan namun tetap tidak berhasil bahkan Sung melejit hingga 10-5. Fitriani dengan semangat terus mengejar namun Sung tetap mempertahankan jarak 5 poin sampai kedudukan 20-15. Berhasil mendapat 3 poin berturut-turut namun akhirnya set pertama ditutup 21-18. Selama set pertama Fitriani tidak berhasil menyamakan kedudukan poin.

Pada awal-awal set kedua terjadi kejar mengejar poin. Fitriani mengerahkan segala kemampuannya untuk memaksakan pertandingan rbber set. Dari ketinggalan 3-6, Fitriani berhasil menyamakan kedudukan 6-6, 7-6,7-7,8-7,8-8,9-8,9-9,10-9, 10-10 bahkan Fitriani lebih dulu mencapai angka 11 sebelum kemudian disamakn menjadi 11-11. Setelah itu pemain Korea Selatan ini unggul 13-12 dan melesat cepat mengumpulkan poin hingga kedudukan 21-12.

Dinar Dyah Ayustine di babak 16 besar akhirnya juga kandas ditangan pemain India unggulan ke 6, Pusarla V Sindhu 21-12 dan 21-4. Dinar tidak berkutik hanya memberikan perlawanan pada awal set pertama selanjutnya Dinar tidak berdaya bahkan di set kedua Dinar hanya mendapat poin 4. Pertandinganpun hanya butuh waktu 30 menit begitu singkat dan mudah bagi pemain India ini mengalahkan pemain putri Indonesia. Kembali lagi penyebabnya adalah faktor fisik dan stamina.    

Mari kita lihat Anthony Ginting saat bertanding di babak pertama melawan pemain Taiwan,Chou Tien Chen yang pernah dikalahkannya dua kali. Ginting menyerah pada Chou dengan mudah 10-21 dan 14-21 dan hanya butuh waktu 38 menit. Terlihat pada set pertama, pemain Taipe ini tidak pernah terkejar poinnya sejak dia unggul 3-0. Ginting hanya sempat mendekati ada posisi 7-10 namun selanjutnya Chou tidak terbendung melesat hingga 20- 10 dan menyudahi set pertama dengan 21-10.

Demikian pula pada set kedua, Chou langsung memimpin dengan 3-1 kemudian kejar mengejar poin dengan ketat sampai posisi 10-10. Setelah ini Ginting benar-benar ambruk ditinggal oleh Chou 18-14 dan sama sekali tidak mampu mendekati pengumpulan poin pemain Taipe ini. Hanya dengan satu service maka set kedua inipun ditutup dengan 21-14.

Dalam pertandingan tersebut terlihat Ginting benar-benar sudah terkuras staminanya apalagi sehari sebelumnya harus mengikuti dua kali bertanding dalam satu hari yaitu pada babak kualifikasi. Di final babak kualifikasi ini Ginting mengalahkan Ihsan Maulana dengan 2 set langsung 21-17 dan 21- 16 namun sebelumnya harus bermain rubber set melawan pemain India, Sourabh Verma, 21-10, 14-21 dan 22-20.  Seharusnya pelatih fisik pelatnas sudah bisa mengantisipasi kondisi seperti ini.

Pemain Taipe ini juga menumbangkan satu-satunya tunggal putra Indonesia yang lolos ke 16 besar yaitu Sonny Dwi Kuncoro cukup dengan dua set 21-13 dan 21-11.  

Ini hanya sekedar tiga contoh pemain muda kita yang masih memerlukan pembenahan fisik mereka. Pelatih fisik pelatnas sudah pasti memiliki catatan untuk evaluasi. Hasil di turnamen ini adalah fakta betapa tidak siapnya stamina mereka menghadapi turnamen sebesar All England. Apalagi pemain kita belum berhadapan dengan pemain-pemain China, Jepang, Korea Selatan yang memiliki stamina prima. Berhadapan dengan mereka harus benar-benar siap adu ketahanan fisik sampai 3 set.

Ternyata bermain bulutangkis tidak hanya bermodal semangat ngotot namun jika tidak dibekali stamina yang kuat dengan daya tahan fisik luar biasa maka hasilnya tetap saja berakhir dengan kekalahan. Saat ini ada lima orang Pelatih Fisik Pelatnas PBSI di Cipayung yaitu  Ary Bayu Martha, Ari Subarkah, Iwan Hermawan, Ricky Susiono dan Jansen Alpine. Pekerjaan rumah yang serius bagi mereka untuk meningkatkan performa para pebulutangkis Indonesia.

Jika tidak segera dibenahi faktor stamina ini dan ditemukannya metode yang lebih baik,maka bulutangkis kita akan selalu tertinggal bukan saja oleh Korea,Jepang, Denmark  dan China bahkan oleh Thailand, India, Taipe dan Malaysia. Negara-negara ini sudah terlihat mendominasi  All England 2017.   

Ayo mulai bangkit bulutangkis Indonesia untuk kebanggaan negeri ini.

#hensa10032017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun