Trofi Piala Jenderal Sudirman ( Foto Herka Yanis Pangaribowo/Bola)Â
Pernyataan Nil Maizar tentang final Piala Jenderal Sudirman ibarat pepatah Minang bahwa laga final sebagai "Si bungsu nan indak baradiak lai" (Si Bungsu yang tak beradik lagi). Hal tersebut memiliki arti bahwa laga pemungkas yang harus dimenangkan. Oleh karenanya segala daya upaya akan dikerahkan untuk bisa meraih hasil memenangkan laga final tersebut. Begitulah tekad Nil Maizar Sang Arsitek Semen Padang. Â Tekad yang sama dimiliki pula oleh Jafri Sastra, saudara tua di Payakumbuh ini.
Kerja keras Jafrie sebagai pelatih Mitra Kukar  selama turnamen berlangsung sudah berada di pengujung prestasi puncak. Jafri pun ingin mengakhiri final Piala Jenderal Sudirman dengan hasil yang manis dan sempurna. "Semua tim pasti ingin juara, kami juga ingin. Ketika kami sudah berada di final, sudah seharusnya kami mulai berpikir bagaimana untuk menjadi juara," kata Jafri.Â
Mitra Kukar melangkah ke babak final setelah mengalahkan Arema Cronus melalui adu penalti yang berakhir 4-2, setelah kedudukan sama kuat 3-3 selama dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kaltim, tuan rumah Mitra Kukar menang tipis 2-1. Sementara pada pertemuan kedua di Malang, Minggu 17 Januari 2016, Mitra Kukar menyerah 1-2 dari Arema Cronus.
Sementara itu Semen Padang berhasil menuju final setelah mengalahkan Pusamania Borneo FC. Pada leg kedua semi final Semen Padang berhasil unggul 2-0 dalam waktu normal untuk memaksa Pusamania Borneo memainkan drama adu penalti setelah agregat sama 2-2. Pusamania sebelumnya menang 2-0 pada leg pertama. Dalam babak adu penalti, empat dari lima pemain Semen Padang berhasil menunaikan tugasnya dengan baik. Keempat pemain tersebut adalah, James Koko Lomell, M Nur Iskandar, Irsyad Maulana, dan Novan S. Sementara satu pemain yang gagal adalah Novrianto. Akibat kepiawaian Jandia membendung tendangan adu pinalti, hanya dua dari empat pemain Pusamania Borneo FC yang berhasil menunaikan kewajbannya.
Kedua klub memang sudah pernah bertemu dua kali selama turnamen ini berlangsung. Pada laga penyisihan grup C di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, 23 November 2015, Mitra Kukar menang 5-4 melalui adu penalti, setelah bermain imbang 0-0. Kemudian ketika kedua tim bertemu lagi di grup D babak delapan besar, 15 Desember 2015, di Stadion Manahan Solo. Semen Padang kali ini mengungguli Mitra Kukar 2-1 melalui gol Vendry Mofu dan Irsyad Maulana. Mitra Kukar hanya bisa memperkecil kedudukan lewat gol bunuh diri Mahamadou Alhadji di pengujung laga. Pertemuan yang ketiga adalah dalam final memperebutkan Piala Jenderal Sudirman di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada hari Minggu 24 Januari 2016 yang akan dihadiri Presiden Joko Widodo. Â
Final ini merupakan sejarah bagi klub Kalimantan. Untuk pertama kalinya wakilnya  akan tampil di Stadion Utama Gelora Bung Karno, dalam tajuk partai final tingkat nasional. Untuk bisa membuka jalur gelar juara pertama kalinya ini, Mitra pun harus mengalahkan Semen Padang yaitu klub yang  penuh  pengalaman dan mental juara. Fakta yang ada Jafri sebagai mantan pelatih Semen Padang sadar betul peluang timnya sangat terbuka meski tak mudah. "Kami harus bermain dengan tenang," ujarnya.
Jika memenangkan final ini maka penantian 27 tahun puasa gelar Mitra Kukar saat masih bernama Niac Mitra pun akan segera terwujud tahun ini. Minggu 24 Januari 2016 nanti, mental juara tim asal Tenggarong ini akan dipertaruhkan tidak mudah karena harus menghadapi tim asal kampung halaman sendiri. Bagi seorang Jafri Sastra tantangan tersendiri harus menghadapi Nil Maizar arsitek Semen Padang yang sudah dikenal luar dalam, sama-sama satu kampung halaman Payakumbuh.
Semen padang harus merelakan dua pemain kuncinya tidak bisa berlaga di final namun Nilmaizar mengaku tidak terlalu mengkhawatirkan absennya Satrio Syam dan Hendra Bayauw dalam pertandingan final Piala Jenderal Sudirman. Mereka mendapatkan kartu merah saat mengalahkan Pusamania Borneo FC di semi-final. Berdasarkan regulasi dari operator turnamen, pemutihan hanya berlaku kepada pemain yang mendapatkan kartu kuning.
Kondisi berbeda terjadi di sektor bek kiri yang ditinggalkan Satrio. Kembalinya kapten tim Hengki Ardiles usai menjalani sanksi kartu membuat sektor bek kanan tak ada masalah lagi. Novan Setya Sasongko yang tampil cemerlang menggantikan Hengki saat semi-final kedua dapat digeser ke bek kiri. Sebab, Novan sejatinya adalah seorang bek sayap kiri.
Begitupula bagi Pelatih Mitra Kukar Jafri Sastra mengungkapkan ada sejumlah pemain utamanya yang mengalami cedera setelah laga melawan Arema Cronus. Pemain yang cedera tersebut, antara lain Rodrigo Dos Santos, Risky Pellu, Michael Orah, Shahar Ginanjar, Patrick Dos Santos, dan sang kapten Zulkifli Syukur. Jafri berharap para pemain tersebut segera pulih dari cedera mereka sehingga bisa tampil maksimal dalam final nanti.
Semua persiapan kedua arsitek klub finalis sudah matang. Tekad sudah dibentangkan, semangat sudah dikobarkan,  tinggal menunggu duel fantastis kedua klub penuh dengan sportivitas. Kemanakah Piala Jenderal Sudirman akan berlabuh?. Kalimantan atau Sumatera?. Kita tunggu sama-sama Minggu 24 Januari 2016 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Untuk final ini Jakarta tidak perlu siaga satu karena finalisnya bukan Persib  walaupun ada insiden teror Sarinah.
Salam damai sepakbola Indonesia.
Â
Bandung 21 Januari 2016Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H