Mohon tunggu...
Henry Halim Oktakusuma
Henry Halim Oktakusuma Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan BUMN

Menulis agar tetap bisa berpikir dan ikut berpartisipasi membangun peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mindset Orangtua Penyebab Stunting Anak

30 April 2024   16:03 Diperbarui: 30 April 2024   16:36 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu ini akan menjadi kesulitan bagi anak dalam proses belajar di rumah, di sekolah, atau bergaul dengan teman-temannya.

Penyebab Stunting

Menurut saya selain gizi yang kurang terpenuhi, peran pengetahuan dan mindset orang tua juga menjadi hal penting penyebab stunting pada anak. Daripada menyalahkan pemerintah, menyalahkan anak, bahkan menyalahkan hidup, sebaiknya menyiapkan diri terlebih dahulu sebelum memutuskan menjadi orang tua bagi anak.

Ini beberapa mindset orang tua yang harus dihindari sebagai penyebab stunting pada anak:

  • Mental Merasa Miskin

Memang angka penduduk miskin di Indonesia menurut BPS masih tinggi, yaitu sebanyak 25,9 juta orang dilihat dari penghasilan yang masih rendah. Tapi bukan berarti orang tua memiliki mental "miskin" saat memiliki anak. Karena masyarakat berpenghasilan menengah pun juga banyak yang memiliki mental "miskin". Apa itu mental "miskin"?

Menurut saya, mental "miskin" itu ketika orang tua sudah melabeli dirinya orang miskin sehingga sudah pasti tidak bisa berbuat yang baik untuk gizi anak. Seperti pernyataan, "saya ini miskin jadi nggak ngerti gizi itu apa", "keluarga miskin seperti kami ini yang penting anak bisa hidup aja sudah syukur", "kami ini keluarga miskin, jadi bodoh soal gizi atau apapun".

Jujur, jika mendengar ada orang yang berbicara seperti itu hanya bisa menghela nafas. Begini, mungkin benar secara penghasilan termasuk keluarga miskin, tapi seharusnya tidak secara mental. Peran pemerintah untuk membantu keluarga miskin juga sudah ada, dengan menyediakan pelayanan posyandu untuk edukasi mengenai gizi anak, bantuan pangan berupa beras dan protein, BPJS untuk konsultasi dengan dokter untuk mengetahui tumbuh kembang anak. Tapi sayangnya, bantuan tersebut tidak digunakan oleh banyak orang tua untuk kehidupan anaknya.

Ironinya, di saat kurangnya atau bahkan tidak bisa terpenuhinya kebutuhan gizi anak, masih banyak orang tua yang lebih memprioritaskan "kebutuhan" yang dirasa tidak urgent untuk dipenuhi. Seperti orang tua yang lebih memilih membeli rokok daripada telur untuk anak atau bahkan lebih memilih bermain judi online daripada membeli sayur untuk anak. Justru, mindset orang tua seperti inilah yang menjadi penyebab utama stunting pada anak.

Memang ini soal prioritas, ketika memutuskan ingin memiliki anak tentu yang menjadi prioritas orang tua adalah pemenuhan gizi sebagai hak anak dalam menjalani hidup. Jadi, bukan masalah miskin atau tidaknya orang tua tetapi mindset dan kebiasaan orang tua inilah yang perlu diubah untuk bisa mencegah stunting pada anak.

  • Tidak Mau Membaca

Penyebab stunting pada anak selanjutnya adalah masih banyaknya orang tua yang tidak mau membaca perihal gizi, pola parenting yang baik, tumbuh kembang anak, dan lainnya yang berhubungan dengan anak.

Contoh yang paling sederhananya, ketika orang tua memberikan susu formula pada anak. Ada saja orang tua yang membuatkan susu tidak sesuai dengan aturan pakai, sehingga susu yang diminum oleh anak itu sangat encer. Kalau seperti ini, kandungan zat pada susu itu tentu akan sangat tidak maksimal didapat oleh tubuh anak. Hal itu disebabkan karena orang tua tidak mau membaca aturan pakai susu formula.

Bisa dikatakan, kegiatan membaca yang berhubungan dengan perkembangan anak itu menjadi hal wajib bagi orang tua. Sudah banyak artikel dan jurnal yang membahas tentang tumbuh kembang anak, cara mencegah stunting pada anak, atau yang membahas aktivitas yang bisa merangsang kemampuan kognitif dan motorik anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun